Tahukah Anda, wanita Asia berisiko lebih besar terkena osteoporosis, dibandingkan dengan wanita dari ras lainnya? Penyakit pada tulang ini memang identik sebagai bagian dari proses penuaan. Namun pada kasus tertentu, kondisi ini ternyata juga bisa terjadi pada wanita yang berusia lebih muda.
Karena itu, Anda perlu mengenali lebih jauh seputar waktu kemungkinan terjadinya osteoporosis, agar lebih waspada terhadap kondisi yang satu ini.
Tanpa kita sadari, tulang di tubuh sebenarnya selalu mengalami regenerasi. Saat proses ini berlangsung, tulang yang baru akan terus terbentuk. Sementara itu, tulang yang lama akan hancur dan massa tulang akan bertambah.
Berikut ini lini masa proses pembaruan tulang sesuai dengan usia Anda.
Saat usia muda, proses pembentukan tulang baru, akan berlangsung lebih cepat dibandingkan proses penghancuran tulang lama. Sehingga, kepadatan tulang akan terus bertambah.
Saat memasuki usia 20 tahun-an awal, proses ini akan mulai melambat. Namun, masih cukup cepat untuk tidak membuat tulang kehilangan kepadatannya.
Pada usia ini, umumnya, orang akan memiliki kepadatan tulang paling baik. Lalu, menjelang usia pertengahan 30an, wanita akan mulai mengalami pengapuran tulang.
Pengapuran tulang pada wanita umumnya akan mulai terjadi saat usia 35 tahun. Sejak usia tersebut, kepadatan pada tulang akan terus berkurang setiap tahunnya.
Memasuki tahun kelima hingga kesepuluh sejak menopause, kepadatan tulang akan menurun drastis. Lalu setelah itu, proses pembentukan tulang baru akan berlangsung jauh lebih lambat dibandingkan proses penghancuran tulang lama.
Proses inilah yang kemudian menimbulkan penyakit pada tulang, yang disebut osteoporosis.
Penyakit pada tulang seperti osteoporosis, bisa terjadi lebih cepat dibanding yang dibayangkan. Memang, umumnya seorang wanita mengalami osteoporosis beberapa tahun setelah mengalami menopause. Namun pada beberapa kasus, osteoporosis juga bisa terjadi sebelum menopause.
Beberapa kondisi ini berisiko mempercepat seorang wanita terkena penyakit pada tulang ini.
Pada kondisi pcos, osteoporosis bisa terjadi lebih cepat, karena menopause lebih cepat dari yang seharusnya.
Kondisi ini diartikan sebagai kekurangan nutrisi yang dialami sebagai orang yang sangat aktif berolahraga.
Wanita yang orangtuanya mengalami osteoporosis dini, berisiko mengalami kondisi serupa.
Konsumsi obat berjenis prednisone bisa memicu terjadinya osteoporosis dini. Selain itu, perawatan untuk mengatasi kanker, juga bisa memicu hal yang serupa.
Selain keempat kondisi di atas, penyakit seperti Chron’s disease juga disebutkan bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit pada tulang di usia muda. Tidak ketinggalan, faktor gaya hidup seperti jarang berolahraga, memiliki kebiasaan merokok dan sering mengonsumsi alkohol, juga berisiko membuat Anda mengalami osteoporosis dini.
Osteoporosis bukanlah satu-satunya penyakit pada tulang yang perlu diwaspadai. Beberapa kondisi di bawah ini, juga bisa mengintai lansia.
Penyakit pada tulang ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari osteoporosis. Namun bisa dibilang, dampak yang ditimbulkannya tidak separah osteoporosis. Pengobatannya pun tidak berbeda. Hanya saja, obat untuk osteopenia akan diberikan dalam dosis yang lebih rendah.
Kondisi ini memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan osteoporosis. Namun, osteomalasia disebabkan oleh kekurangan vitamin D dalam waktu yang lama. Kurangnya kadar vitamin D di tubuh, membuat penyerapan kalsium untuk tulang menjadi tidak maksimal.
Tulang penderita penyakit paget, akan terlihat membesar dan berbentuk tidak teratur. Tulang yang membesar tersebut ternyata malah memiliki kondisi yang semakin lemah.
Penyakit pada tulang ini bisa terjadi karena kurangnya pasokan darah ke tulang. Padahal, tanpa adanya suplai darah yang memadai, jaringan tulang bisa mati dan membuat tulang menjadi mudah patah.
Spinal stenosis merupakan kondisi yang ditandai dengan mengecilnya tulang rusuk. Hal ini menyebabkan saraf menjadi tertekan, dan menimbulkan rasa nyeri.
Penyakit pada tulang seperti oseteoporosis maupun jenis lainnya, perlu lebih diperhatikan dampaknya. Sebab kerusakan tulang, terutama pada lansia, bisa mengganggu aktivitas harian yang kemudian akan mengurangi kualitas hidup.