(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Multiple Sclerosis

Admin rsud | 01 Oktober 2019 | 3338 kali

Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun yang menyerang susunan saraf pusat, yaitu otak dan saraf tulang belakang. Pada penyakit autoimun, sel-sel imun yang seharusnya membantu tubuh melawan penyakit malah menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Pada MS, yang diserang adalah lapisan yang menyelubungi sel saraf otak dan saraf tulang belakang (myelin), yang menyebabkan terjadinya peradangan dan kerusakan sel saraf. Kerusakan sel saraf akan berakibat pada terganggunya hantaran sinyal saraf antara otak maupun saraf tulang belakang dengan bagian tubuh lainnya sehingga menyebabkan bermacam-macam gejala, yang pada akhirnya akan mengakibatkan disabilitas dengan tingkat yang berbeda-beda.

Di dunia, ada sekitar 2 juta sampai 2,5 juta orang yang menderita MS, di mana paling banyak didiagnosis pada usia 20-40 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan berkembangnya penyakit di luar rentang usia tersebut. Jika dibandingkan dengan pria, jumlah wanita dengan MS lebih banyak sekitar dua sampai tiga kali lipat. Pada penderita MS, angka harapan hidup sedikit lebih rendah.

 

Gejala MS sangat bervariasi, tergantung tipe, lokasi saraf yang terkena, dan tingkat keparahan setiap individu. Biasanya dapat membaik dengan terapi, namun tetap hilang timbul, sementara pada sebagian orang gejala dapat menetap. Pada MS, ada periode relaps dimana gejala memburuk dan periode remisi dimana gejala membaik atau bahkan hilang.

Gejala awal yang sering ditemukan:

  • Gangguan penglihatan, berupa pandangan kabur, pandangan ganda, kehilangan penglihatan sementara, nyeri terutama saat menggerakan mata
  • Gangguan sensasi, dapat berupa kesemutan, baal, rasa terbakar, rasa tertusuk jarum. Lokasi tersering adalah wajah, lengan, dan kaki.
  • Nyeri dan ketegangan/kekakuan terutama di kaki dan punggung.
  • Kelemahan otot, biasanya pertama dirasakan di kaki
  • Kelelahan saat melakukan aktivitas sehari-hari
  • Gangguan keseimbangan yang mengakibatkan kesulitan bergerak dan berjalan.
  • Pusing, sakit kepala, dan vertigo
  • Gangguan berkemih, seperti frekuensi kemih yang meningkat, tidak bisa menahan kemih, sampai infeksi saluran kemih berulang.
  • Gangguan buang air besar, seperti konstipasi dan tidak bisa menahan buang air besar
  • Disfungsi seksual
  • Gangguan kognitif, seperti gangguan memori, atensi, konsentrasi, dan berpikir
  • Gangguan mental, yang tersering adalah depresi
 

Seperti kebanyakan penyakit autoimun, penyebab MS belum diketahui. Namun, mekanismenya adalah karena kesalahan sistem imun. Sementara itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang lebih rentan terkena MS, di antaranya adalah:

  • Usia: MS paling banyak menjangkit kelompok usia 20-40 tahun
  • Jenis kelamin: Wanita lebih rentan menderita MS sebanyak 2-3 kali lipat dari pria
  • Riwayat keluarga dengan MS
  • Infeksi, terutama infeksi virus Epstein-Barr
  • Ras: MS lebih sering ditemukan pada orang kulit putih terutama di Eropa
  • Menderita penyakit autoimun lain
  • Merokok
  • Kekurangan Vitamin D, terutama terjadi pada orang yang kurang terpapar sinar matahari atau tinggal di negara yang tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup.
 

Penegakkan diagnosis MS biasanya dilakukan dengan menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain, karena tidak ada alat diagnostik pasti dan spesifik untuk MS.

Penegakkan diagnosis MS dapat didasarkan pada kriteria di bawah ini:

  • Terdapat minimal dua area kerusakan saraf pusat (otak, saraf tulang belakang, dan saraf mata), yang berarti telah terjadi minimal dua kali serangan.
  • Kerusakan tersebut terjadi di waktu yang berbeda. Dapat dikonfirmasi dengan MRI.
  • Gejala tidak disebabkan oleh penyakit lain.

Untuk mengonfirmasi MS, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti:

  • Pemeriksaan neurologi (saraf) lengkap, meliputi pemeriksaan lengkap mulai dari status mental, kognitif, keseimbangan, koordinasi gerak, tes kelima panca indera, kekuatan tangan dan otot, serta refleks. Pemeriksaan tersebut dapat memberi gambaran apakah telah terjadi kerusakan saraf dan terkadang dapat memberi petunjuk lokasi kerusakan, apakah di susunan saraf pusat atau tepi (selain otak dan saraf tulang belakang).
  • Pemeriksaan darah untuk menyingkirkan penyakit autoimun lain, infeksi, dan lain-lain.
  • MRI: merupakan pemeriksaan radiologi yang akan memberikan gambaran lokasi MS pada otak dan saraf tulang belakang. Pemeriksaan ini dapat mengonfirmasi diagnosis MS jika ditemukan minimal dua area kerusakan. Namun, hasil MRI yang normal tetap tidak dapat menyingkirkan MS sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tambahan lain.
  • Pemeriksaan cairan otak dan saraf tulang belakang, yang diambil melalui tulang belakang (pungsi lumbal) dan dilakukan dengan obat bius lokal. Hasilnya dapat menunjukkan adanya kelainan sistem imun (antibodi), juga untuk menyingkirkan adanya infeksi susunan saraf pusat yang dapat menunjukkan gejala yang mirip.
  • Evoked potentials (EP): tes ini dilakukan dengan memberikan rangsangan elektrik ataupun visual. Rangsangan visual dilakukan dengan melihat semacam pola atau cahaya yang bergerak dan elektroda ditempatkan di kepala. Sedangkan rangsangan elektrik dilakukan pada kedua tangan dan kaki dengan elektroda pada tangan dan kaki. Elektroda ini akan mengukur kecepatan rangsangan tersebut dihantarkan melalui sistem saraf di tubuh sehingga dapat menunjukkan jika hantaran sinyal saraf di tubuh melambat (menandakan adanya kerusakan saraf).
 

MS belum bisa disembuhkan. Terapi yang ada saat ini hanya dapat mempercepat pemulihan setelah serangan, memperlambat progresivitas penyakit, dan meringankan gejala yang timbul. Untuk gejala yang ringan kadang tidak diperlukan terapi.

Terapi MS dibagi menjadi tiga, yaitu terapi saat terjadi serangan, terapi jangka panjang untuk memperlambat progresifitas penyakit, dan terapi untuk meringankan gejala.

Terapi untuk Serangan

  • Kotrikosteroid: menekan aktivitas sel imun sehingga dapat mengurangi peradangan yang terjadi pada sel saraf. Pilihannya adalah prednison oral (minum) dan injeksi metilprednisolon.
  • Plasmapharesis: dilakukan dengan mengeluarkan plasma (bagian cair dari darah) dari tubuh dan memisahkannya dengan sel darah merah. Sel darah merah kemudian dicampur dengan albumin (protein) dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Tujuan tindakan ini adalah untuk ‘mencuci’ sel imun yang ada di plasma. Tindakan ini dilakukan saat gejala baru muncul, parah, dan tidak membaik dengan pemberian kortikosteroid.

Terapi untuk Memodifikasi Perjalanan Penyakit

Beberapa jenis obat yang dipakai adalah seperti beta interferon, fingolimod, glatiramer acetate, natalizumab, teriflunomide, alemtuzumab.

Terapi untuk Meringankan Gejala

  • Fisioterapi: untuk melemaskan otot yang kaku, menguatkan otot yang lemah, dan melatih pasien untuk menggunakan alat bantu secara tepat unutk mempermudah aktivitas sehari-hari seperti berjalan, jika ada kelemahan kaki maupun gangguan koordinasi atau keseimbangan.
  • Obat pelemas otot: untuk nyeri dan ketegangan/kekakuan otot. Contoh obat: baclofen, tizanidine.
  • Obat untuk meringankan kelelahan.
  • Obat untuk gejala lain (depresi, nyeri, disfungsi seksual, gangguan BAK dan BAB, disesuaikan sesuai gejala yang ada).
 

Meskipun MS tidak dapat dicegah, namun dapat dilakukan upaya gaya hidup sehat untuk mencegah serangan, memperbaiki gejala dan memperlambat perkembangan penyakit, seperti:

  • Menghindari stres
  • Menghindari panas (panas matahari, mandi air panas)
  • Berolahraga teratur
  • Melatih kekuatan dan peregangan otot
  • Tidak merokok
  • Mengonsumsi vitamin D
 

Jika Anda merasakan gejala-gejala di atas, disarankan untuk berkonsultasi ke dokter.