(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Apa Itu HIV/ AIDS: Benarkah Tidak Dapat Disembuhkan?

Admin rsud | 10 April 2019 | 8734 kali

Infeksi HIV adalah penyakit yang menakutkan bagi banyak orang. Seseorang yang divonis menderita HIV seringkali merasa putus asa dan mengalami kegelisahan jangka panjang akibat kondisi tubuhnya. Benarkah HIV adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan? Adakah harapan untuk penderita penyakit ini?

Sebelum mengetahui tentang cara pengobatan HIV, ada baiknya jika Anda mengetahui terlebih dahulu tentang definisi HIV dan latar belakang penularannya. Meskipun infeksi HIV adalah hal yang menakutkan untuk banyak orang, melalui kemajuan dunia pengobatan, sebenarnya tetap ada harapan baru untuk para penderita penyakit ini.

Pengertian HIV/AIDS: HIV adalah virus penyebabnya

Anda pasti sering mendengar tentang HIV. Sebenarnya, HIV adalah sebutan untuk virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh kita sehingga kita tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita. HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus.

Virus HIV adalah virus yang menyerang tubuh inangnya dengan cara menyerang sistem kekebalan tubuhnya. Bila sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau lemah, maka seseorang akan dengan mudahnya terserang berbagai penyakit yang ada di sekitar kita seperti TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS. AIDS adalah:

A = Acquired (didapat)
I = Immune (kekebalan tubuh)
D = Deficiency (kekurangan)
S = Syndrome (gejala)

Jadi, perlu untuk Anda perhatikan bahwa HIV adalah virusnya, sementara AIDS adalah gejala penyakit yang menyerang tubuh akibat daya tahan tubuh atau sistem imunitas yang melemah akibat infeksi HIV.

Cara penularan HIV

Penderita infeksi HIV adalah seseorang yang berpotensi untuk menularkan penyakit yang dideritanya kepada orang lain. Perlu Anda ingat bahwa HIV hanya bisa hidup di dalam cairan tubuh seperti:

  • Darah
  • Cairan vagina
  • Cairan sperma
  • Air Susu Ibu (ASI)

HIV adalah virus yang hanya hidup di cairan tubuh tertentu dan tidak hidup di permukaan tangan atau permukaan kulit penderita. Maka dari itu, penularan HIV juga hanya dapat terjadi melalui cara tertentu, yaitu melalui:

  • Hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom)
  • Kontak darah/ luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV
  • Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV
  • Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya

HIV tidak menular melalui:

  • gigitan nyamuk
  • orang bersalaman
  • berciuman
  • orang berpelukan
  • makan bersama
  • tinggal serumah

Infeksi HIV adalah penyakit yang tidak dapat ditularkan hanya dengan berkontak fisik yang simpel seperti bersalaman atau bersinggungan dengan penderita. Selama tidak melakukan hal-hal yang berisiko menularkan HIV, Anda tetap aman untuk berinteraksi dengan penderita. Maka dari itu, pendampingan yang intensif terhadap penderita HIV/AIDS ini sangat dianjurkan untuk mencegah kondisi mental dan tubuh pasien HIV menjadi semakin memburuk.

Bagaimana Cara Mendeteksi HIV?

HIV adalah virus yang tidak langsung memperlihatkan gejala infeksi ketika sudah masuk ke dalam tubuh seseorang. Sampai tiga atau enam bulan setelah masuknya virus HIV, belum tentu virus itu bisa ditemukan dalam tubuh karena ia tersembunyi. Masa belum bisa dilihatnya virus itu disebut masa Jendela. Walaupun belum bisa terlihat,orang yang sudah tertular HIV bisa menularkannya kepada orang lain.

Setelah enam bulan biasanya virus mulai dapat ditemukan / dilihat kalau orang itu menjalani tes darah.Belum ada cara lain untuk menemukan virus selain melalui tes darah. Kalau sudah ditemukan,maka pengidapnya disebut HIV positif. Pada masa ini, ia masih bisa hidup normal dan melakukan semua kegiatan seperti biasa. Masa HIV positif ini bisa sampai 10 tahun kalau daya tahan tubuhnya kuat. Tetapi, bila daya tahan tubuhnya lemah maka orang tersebut bisa cepat terserang berbagai penyakit lain.

Tanda yang menyolok pada penderita AIDS adalah diare yang terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, kanker kulit, sariawan, dan berat badan yang turun secara menyolok. Nah pada saat seperti itu orang tersebut dikatakan sudah sampai pada tahap AIDS dan disebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Pada tahap AIDS ini biasanya daya tahan sudah sangat lemah sehingga kemungkinan orang itu akan meninggal. Sampai saat ini belum ada obat ampuh untuk membunuh virus HIV atau menyembuhkan orang dengan AIDS.

Apa perbedaan antara HIV dan AIDS?

Telah Anda ketahui bahwa HIV adalah virus dan AIDS adalah gejalanya. HIV/AIDS sering dikaitkan satu sama lainnya dengan pengertian yang sama. Akan tetapi HIV dan AIDS mempunyai arti yang berbeda.

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. Seseorang dapat terjangkit virus HIV, apabila virus tersebut masuk ke dalam saluran peredaran darah. Virus HIV menyerang sistem kekebalan seseorang.

Jika tidak diatasi, maka virus ini akan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga daya tahan tubuh melemah terhadap penyakit lain bahkan dapat mengakibatkan kematian. AIDS adalah kondisi tubuh yang melemah akibat serangan-serangan virus HIV pada sistem kekebalan tubuh.

Penderita HIV bukan berarti pengidap penyakit AIDS atau seseorang yang akan segera mati. Bahkan tanpa pengobatan banyak penderita HIV masih dapat bertahan hidup cukup lama. Pada saat ini pengobatan yang telah dikembangkan hanya dapat memperlambat kerusakan pada sistim kekebalan tubuh.Dengan pengobatan tersebut banyak penderita HIV dapat hidup sehat dan bahagia.

Perjalanan HIV/AIDS

Masa inkubasi atau masa laten, sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang rata-rata 5-10 tahun, selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel-sel T-4 semakin menurun.

Semakin rendah jumlah sel T-4, semakin rusak fungsi sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan sudah dalam keadaan parah ODHA akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

Secara singkat, perjalanan HIV/AIDS dapat dibagi 4 stadium, yaitu:

  • Stadium pertama: HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya virus HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dari negatif berubah menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window periode. Lama window periode ini antara 1-3 bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.

  • Stadium Kedua: Asimptomatik (tanpa gejala)

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdpat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5-10 tahun. Cairan tubuh ODHA yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.

  • Stadium Ketiga: Pembesaran kelenjar Limfe

Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent generalized lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan.

  • Stadium Keempat: AIDS

Keadaan ini disertai bermacam–macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder (Pusdiknakes, 1997:42).

Gejala HIV dan AIDS

Menurut Pundiknakes (1997:44) gejala klinis pada stadium AIDS adalah:

Gejala utama HIV / AIDS

  • Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
  • Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus
  • Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan .

Gejala Minor HIV / AIDS

  • Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
  • Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albikan.
  • Pembengkaan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
  • Munculnya herpes zoster berulang
  • Bercak-bercak gatal diseluruh tubuh

Sebagian besar dari seseorang yang terinfeksi HIV tetap tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik) yang berarti bahwa mereka tidak mengalami gejala tertentu atau menjadi sakit akibat infeksi tidak mengalami gejala tertentu atau menjadi sakit akibat infeksi tersebut. Sebagian kecil mengalami AIDS, sebagian lain mengalami gejala ringan, tidak selalu menderita sakit fatal yang dinamakan ARC atau Aids Related Complex (Waluya, 1999:9).

Salah satu penelitian WHO menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi cepatnya perkembangan AIDS yaitu:

  • Semakin tua seseorang mengidap HIV, semakin cepat dia akan sampai ke tahap HIV
  • Bayi akan terinfeksi HIV akan sampai ketahap AIDS
  • Orang yang telah mempunyai gejala minor pada waktu mulai tertular HIV (serokonversi), akan menunjukkan gejala AIDS lebih cepat dari pada yang tanpa gejala.
  • Diagnosa HIV/AIDS

Dalam penuntun WHO tentang cara mendiagnosa AIDS, dikatakan bahwa seseorang didiagnosa belum mempunyai minimal dua gejala utama dan satu gejala minor serta jika pada orang tersebut tidak ada alasan lain yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun.

Diagnosis HIV positif harus dipastika lebih dulu dengan melakukan tes anti bodi HIV di laboratorium. Hasil HIV positif menunjukkan bahwa seseorang telah terinfeksi HIV. Hasil HIV negatif menunjukkan bahwa seseorang tidak atau belum terinfeksi HIV.

Selain terhadap darah, tes HIV dapat dilakukan terhadap air liur atau urine (bukan terhadap orangnya). Jadi tes HIV dapat dan harus terhadap darah, alat tubuh atau jaringan tubuh, sel telur atau sperma yang akan dan laboratorium sudah miliki perlatan khusus tes HIV. Beberapa LSM juga mempunyai pelayanan tes yang disertai konseling.
Pengobatan AIDS.

Sampai saat ini tidak ada penyembuhan atau pengobatan yang sempurna untuk AIDS. Belum ada penyembuhan yang dapat menghilangkan virus dari tubuh secara total. Namun, bukan berarti tidak ada obat yang dapat dikonsumsi untuk memperpanjang harapan hidup seorang penderita.

Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk memperpanjang hidup seseorang ODHA. Telah ditemukan obat anti-retrovial seperti Azidotinidin (AZT) yang pertama kali diijinkan pemakaiannya sebagai pengobatan di indonesia pada tahun 1997. Obat anti-retrovial lain dikenal dengan nama didanosin (ddI) dan diodicitosin (ddC).

Telah dikembangkan kombinasi obat-obatan mulai dari campuran dua jenis obat, hingga racikan beberapa jenis. Beberapa jenis obat ramuan tersebut adalah Saquinavir, Indinavir, Viracept, Ritanavir. Dikembangkan juga terapi penunjang, yaitu terapi tanpa obat-obatan kimia, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjaga diri agar tetap sehat. Terapi ini dapat digunakan untuk melengkapi penggunaan obat anti-retroviral.

Salah satu terapi penunjang tersebut antara lain: penggunaan ramuan tradisional, tumbuh-tumbuhan, pengaturan gizi pada makanan, penggunaan vitamin, makanan suplemen, serta yoga, akupuntur, pijat, olahraga dan terapi musik. Tetapi teryata pengobatan ini juga kurang efektif, sehingga pengobatan HIV/AIDS yang tepat saat ini belum ditemukan.

Cara mencegah HIV yang mudah

HIV adalah virus yang menakutkan. Namun, tetap ada cara pencegahan agar tidak tertular penyakit akibat virus ini. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah penularan infeksi HIV/AIDS:

  • Hindari hubungan seks bebas/berganti-ganti pasangan
  • Lakukan tes sebelum menikah
  • Gunakan kondom bila berhubungan seks
  • Hindari penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bergantian

Menurut Kepala Disdukcapil KB Kapuas Hulu, Drs Ibrahim M (Kapuas Pos, hal 14), untuk lebih memudahkan mengingat maka sebaiknya menggunakan rumus ABCDE, yaitu A (Abtinence) artinya, tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B (Befaithfull) artinya, berhubungan seks hanya dengan pasangan yang sah. C (Condom) artinya, gunakanlah kondom apabila salah satu dari pasangan yang sah mengidap Infeksi Menular Seksual (IMS) atau HIV/AIDS. D (Drugs) artinya hindari pemakaian narkoba suntik. Dan E (Equipment) artinya, mintalah pelayanan kesehatan dengan peralatan yang steril.

 

By: DokterSehat.Com