Dalam kondisi tertentu, rumah sakit bisa saja dihadapkan pada jumlah pasien yang melampaui ketersediaan tenaga medis di RS bresangkutan, misal ada bencana alam, kecelakaan yang melibatkan banyak orang, dan perang. Pada kondisi tersebut, seorang tenaga medis harus memilah-milah pasien untuk menentukan pasien yang terlebih dahulu ditolong. Untuk itulah, lahir istilah TRIAGE.
Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup, dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan Unit Gawat Darurat ( UGD) yang dimiliki. Triage dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa intervensi tindakan apapun. Awal mula sistem triage digunakan oleh seorang dokter militer bernama Dominique Jean Larrey. Setiap UGD selalu mengupayakan efisiensi dan efektifitas pelayanan. Sedapat mungkin mereka berupaya menyelamatkan sebanyak-banyaknya pasien dalam waktu sesingkat-singkatnya bila ada kondisi pasien dengan kegawatdarurat medis datang berobat ke UGD.
Mengingat pentingnya triage dalam sebuah RS, RSUD Kabupaten Buleleng mulai mengembalikan fungsi triage yang sebelumnya justru berada jauh dari instalasi gawat darurat ( IGD). Kini triage yang baru sudah berada satu bangunan dengan IGD.
Ditemui di poliklinik Bedah, kepala IGD, dr. Oka Udrayana, Sp. B., kamis (11/12), mengatakan bahwa sistem triage yang digunakan sedang didiskusikan yang terbaik memakai sistem triage apa. ‘sebelumnya, memakai sistem warna, yang tiap-tiap warna mengandung arti pasien mana yang harus lebih dahulu ditangani”, imbuh dr. Oka.
Lebih lanjut dr. Oka menjelaskan, ‘Triage merupakan pemilahan pasien gawat darurat berdasarkan skala prioritas kebutuhan terapi dan sumber daya. Kebutuhan terapi dilihat dari airway, breathing, circulation ( ABC). Dari pemeriksaaan ABC akan diketahui derajat keparahan pasien dan kemungkinan hidup pasien sehingga kita bisa tentukan kebutuhan terapi dan sumber daya untuk didahulukan, yang mana akan ditangani dulu”.
Pihaknya menyebutkan, “ mungkin banyak yang bertanya-tanya, kenapa harus dipilah-pilah seperti itu? Kenapa tidak langsung ditangani? Dalam kondisi tertentu, pasien yang datang terkadang melebihi kapasitas SDM yang ada. Dari snalah lahir istilah triage, yang tujuannya, dengan sumber daya minimal, dapat menyelamatkan sebanyak mungkin pasien”.
Menurut d. Oka, untuk melaksanakan triage ini, sudah ada dokter khusus triage. “ruang triage baru dua bulan selesai. Memang agak sempit, jika yang ideal, ukurannya paling tidak tiga kali ruang triage yang ada sekarang. Walaupun demikian, yang penting sistem triage tetap berjalan. Artinya, seandainya ada 50 pasien kecelakaan yang datang, tidak harus diperiksa di ruang triage sekarang. Bisa saja di depan IGD, tetapi sistem triage tetap diterapkan diluar IGD,” terang dr. Oka.
Seperti disampaikan dr. Oka, sejauh ini, setiap pasien yang datang ditangani dengan dua kondisi. Pertama, apabila ada pasien dengan beratnya perlukaan tidak melampaui sumber daya, yang didahulukan adalah pasien yang paling mengancam nyawa dan multitrauma. Akan tetapi, jika pasien yang datang melampaui sumber daya yang ada, pasien yang kemungkinan hidupnya paling besar yang didahulukan. Yakni pasien yang memerlukan waktu, tenaga, dan perawatan paling sedikit, itu yang diselamatkan lebih dahulu.
“ Triage di RSUD Kabupaten Buleleng masih banyak kekurangan dan belum seperti standar yang diharapkan. Hal itu terlihat dari ukuran ruangan yang belum ideal, posisi ruangan yanng masih berdampingan denga ruang resusitasi, dan tenaga,’ jelas dr. Oka.
dr.Oka menambahkan, “ saya ingin, alur pasien yang datang ke IGD, secara otomatis langsung datang ke triage terlebih dahulu. Saat ini, pasien yang datang ke IGD, banyak yang langsung ke ruang resusitasi, baru diarahkan balik ke triage. Hal ini bisa diapahami mengingat lokasi ruang triage yang berdampingan dengan ruang resusitasi. Mudah-mudahan kalau tahun depan IGD baru sudah dibangun, ruang triage lebih besar dan lokasinya di depan pintu IGD. Dengan demikian, pasien akan langsung ke ruang triage,” ungkap dr. Oka.
Ke depan, dr. Oka bercita-cita mengadakan simulasi triage.” Misal ada 100 pasien gawat darurat, bagaimana caranya dalam 5-10 menit, tenaga medis sudah datang ke IGD,” pungkas dr. Oka.