Penyakit demam berdarah dengue (DBD)melalui penyebaran virus dengue lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti, setiap bulannya semakin mengalami peningkatan di Buleleng. Kasus DBD berdasarkan data yang berhasil dihimpun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng, tercatat tahun 2014 di bulan November 42 kasus, Desember 48 kasus, dan memasuki pertengahan Januari tahun 2015 mencapai 53 kasus. Diawal tahun ini, dikabarkan dua orang telah meninggal dunia karena menderita penyakit DBD.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Buleleng dr. Putu Sudarsana, Sp.OG., mengatakan selama tiga bulan terakhir, trend kasus penderita DBD diakuinya mengalami peningkatan. Umumnya nyamuk Aedes aegypti, dominan menyerang anak-anak, yang tidak memiliki kekebalan cukup terhadap virus dengue. “Melihat data belakangan ini, trend kasus demam berdarah telah mengalami peningkatan. Bahkan sudah sampai ke Dengue Shock Syndrome dan ada dua orang meninggal dunia awal tahun ini. Masyarakat mesti sigap terhadap penyakit DBD. Memperhatikan kebersihan lingkungan, pola prilaku dan gaya hidup,” ujarnya, Kamis (22/1).
Penderita DBD yang meninggal dunia masih berada di bawah umur. Belum lama ini diantaranya Komang Lusia Agustini (13) asal desa Penarukan, dan Indah Susanti (5) asal Desa Sudaji. Kasus meninggalnya dua pasien akibat terkena DBD, telah dilaporkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Sementara ini, hasil pantauan di ruangan Sakura RSUD Buleleng, terdata masih ada 10 pasien anak-anak, tengah menjalani perawatan akibat menderita DBD. “Ya sudah, kami telah laporkan kasus dua pasien demam berdarah itu ke Dinas Kesehatan. Karena setiap kasus demam berdarah selalu kami tindak lanjuti dan laporkan,” tambah Sudarsana.
Sementara itu, orang tua pasien lainnya, Ketut Diana (78) asal Desa Madenan Kecamatan Tejakula, Buleleng mengungkapkan, telah menemani anaknya selama tiga hari empat malam di ruang Sakura RSUD Buleleng. Kondisi tersebut membuatnya terpaksa menginap dan bersama kerabat silih berganti menemani anaknya yang baru berusia sebelas tahun. “Hampir tiga hari menemani anak saya pak. Saya berharap anak saya dapat segera sembuh, awalnya sih panas biasa, sama pusing, setelah diperiksa positif DBD. Kami langsung bawa ke rumah sakit untuk dirawat,” ungkapnya.