Nyeri dada merupakan salah satu gejala yang tidak boleh dipandang remeh, karena salah satu penyebab nyeri dada adalah penyakit jantung koroner yang berpotensi mengancam jiwa, sehingga pengenalan gejala tersebut dibutuhkan agar pertolongan dapat diberikan dengan cepat dan tepat. Meskipun demikian, tidak semua nyeri dada selalu berhubungan dengan masalah jantung, seperti masalah otot dada, paru-paru dan lambung yang dapat memberikan gambaran serupa. Karakteristik dan lokasi nyeri seringkali membantu untuk mengetahui penyebab nyeri dada, namun pemeriksaan medis dan alat medis seringkali dibutuhkan untuk memastikan adanya hubungan antara nyeri dada dan penyakit jantung koroner.
Adapun gejala nyeri dada yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner biasanya dirasakan sebagai perasaan tidak nyaman seperti ditekan, diremas, terbakar, ataupun rasa berat di bagian tengah dada atau di dada sebelah kiri yang dapat menjalar ke leher, rahang, gigi, ulu hati, dan lengan kiri. Keluhan tersebut seringkali disertai dengan keringat dingin, sesak nafas, lemas, mual, muntah, dan terkadang rasa tidak nyaman di perut. Nyeri dada biasanya dicetuskan karena aktivitas berat, olah raga berat, cuaca dingin, dan stress emosional. Nyeri dapat berkurang dengan istirahat atau dengan pemberian obat di bawah lidah (nitrat). Nyeri dada dapat pula timbul saat pasien tidak melakukan aktivitas atau saat sedang beristirahat yang biasanya dikaitkan dengan serangan jantung yang membutuhkan penanganan segera. Pada penderita diabetes atau penyakit gula dan penderita darah tinggi lama, penyakit jantung koroner seringkali tidak menimbulkan gejala nyeri dada. Gejala yang dialami dapat hanya berupa keringat dingin, sesak nafas, berdebar-debar, ataupun nyeri ulu hati disertai dengan mual atau muntah.
Sedangkan gejala nyeri dada yang tidak berhubungan dengan pembuluh darah koroner bergantung pada masing-masing penyebab. Nyeri dada karena masalah otot biasanya dipengaruhi oleh gerakan tubuh ataupun nyeri ketika ditekan. Nyeri karena penyakit paru biasanya disertai batuk dan timbul ketika menarik nafas panjang. Nyeri dada karena masalah lambung biasanya disertai nyeri tekan pada bagian ulu hati disertai rasa asam atau pahit pada lidah. Namun, seringkali sangat sulit untuk mengetahui penyebab nyeri dada secara pasti. Dengan demikian, pemeriksaan yang komprehensif untuk menelusuri gejala dan faktor risiko, pemeriksaan fisik, dan peranan alat bantu medis dan laboratorium seringkali diperlukan untuk memastikan penyebab pasti nyeri dada.
Penelusuran faktor risiko merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung koroner. Adanya riwayat keluarga, diabetes, hipertensi, merokok, dan kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko yang utama. Pada populasi pria, risiko penyakit jantung koroner mulai meningkat pada usia 40 tahun, sedangkan pada populasi wanita peningkatan risiko terjadi setelah memasuki masa menopause. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup, penyakit jantung koroner mulai terjadi pada usia yang lebih muda. Dengan demikian, alangkah baiknya seseorang dengan faktor risiko di atas dengan gejala nyeri dada memiliki kesadaran yang lebih untuk menelusuri kemungkinan adanya penyakit jantung koroner. Khusus untuk penderita penyakit gula, dimana seringkali penyakit jantung koroner tidak memiliki gejala, kesadaran untuk pemeriksaan rutin kondisi jantung sangat dianjurkan. Adapun pemeriksaan paling sederhana yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan rekam jantung atau elektrokardiografi (EKG). Namun pemeriksaan EKG tidak melulu dapat mendeteksi penyempitan pembuluh darah, sehingga diperlukan pemeriksaan uji latih jantung atau treadmil. Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah CT-scan pembuluh darah jantung, ekokardiografi, pemeriksaan nuklir (SPECT), MRI jantung, sampai kateterisasi jantung.
Jadi, tidak semua nyeri dada disebabkan oleh penyakit jantung koroner, namun untuk orang-orang dengan faktor risiko penyakit jantung koroner, nyeri dada seringkali merupakan petanda awal adanya penyakit jantung koroner. Pada penderita diabetes kesadaran untuk memeriksakan diri secara rutin mampu menghindarkan keterlambatan diagnosa penyakit jantung koroner yang dapat berakibat fatal. Perubahan gaya hidup, baik diet sehat dan olah raga rutin merupakan cara yang paling ampuh dan murah untuk menghindarkan diri dari penyakit jantung koroner. Deteksi dini merupakan cara yang paling baik untuk menghindarkan komplikasi dan efek jangka panjang yang tidak baik.
Sumber : Ditulis oleh: dr Johan Winata, Sp.Jp