Istilah “vulkanik” berawal dari nama “Vulcan”, Dewa Api Romawi. Abu vulkanik tersusun atas partikel-partikel hasil fragmentasi batu vulkanik ( kurang dari 2mm) yang terbentuk selama eksplosi vulkanik. Baik melalui longsoran batu panas yang mengalir di sisi gunung berapi ataupun semprotan cairan lava merah yang panas. Berbagai bentuk abu vulkanik tergantung pada jenis gunung berapi dan bentuk erupsinya. Warnanya dapat berkisar antara abu-abu sampai hitam dan ukurannya bervariasi seperti kerikil sampai sehalus bedak. Partikel abu yang masih baru mengandung lapisan asam yang dapat mengiritasi paru dan mata. Lapisan asam ini dengan cepat dihapus oleh hujan yang kemudian dapat mencemari sumber air lokal.
Efek debu vulkanik pada kesehatan terbagi atas beberapa kategori, yaitu efek respirasi, gangguan mata, iritasi kulit dan efek tidak langsung lainnya. Pada beberapa erupsi, partikel abu tidak berbahaya jika dihirup ke dalam paru. Tetapi pada pajanan yang berat, individu yang sehat pun dapat mengalami rasa tidak nyaman di dada dengan peningkatan batuk dan iritasi. Gejala respirasi karena inhalasi debu vulkanik tergantung beberapa faktor yaitu konsentrasinya di udara, ukurannya (kurang dari 10 mikron), frekuensi dan durasi pajanan, terdapatnya kristal silika, kondisi meteorologis, faktor kesehatan manusianya, dan penggunaan peralatan pelindung respirasi. Gejala akut (jangka pendek) lebih berupa iritasi hidung dan tenggorokan seperti hidung berair disertai nyeri tenggorkoan dan batuk kering. Abu vulkanis disertai hawa panas dapat menyebabkan panas piroklastik. Panas ini bisa mengakibatkan kematian akibat luka bakar di saluran pernapasan atau sesak napas. Mereka dengan gangguan paru sebelumnya, dapat mengalami kondisi yang semakin buruk. Pada kasus yang jarang, pajanan lama debu vulkanik mungkin menyebabkan penyakit paru yang serius seperti silikosis. Iritasi mata adalah efek yang juga sering terjadi. Partikel kerikil vulkanik dapat menyebabkan goresan pada mata (abrasi kornea) dan konjunktivitis. Pengguna lensa kontak khususnya, harus lebih waspada dengan masalah ini dan sebaiknya melepas lensa mereka untuk mencegah terjadinya abrasi kornea. Iritasi kulit juga dapat terjadi, khusunya jika abu mengandung zat asam di dalamnya.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan berupa :