Mendengarnya saja, sudah bisa membuat pria "ngilu". Apalagi merasakannya, Tentu saja, tidak terbayang rasa sakitnya. Ya, penis patah adalah kondisi medis yang terjadi saat tunica albuginea (lapisan berserat dari jaringan ikat di bawah kulit yang membuat penis bisa ereksi) robek. Terkadang, jaringan di bawah tunica albuginea, yang bernama corpus cavernosum, juga bisa robek, saat penis patah terjadi.
Bukan berarti, penis patah karena ada tulang yang patah di dalamnya. Sebab, penis manusia tidak memiliki tulang, tidak seperti hewan, yang memiliki tulang dalam penisnya. Lantas, bagaimana penis patah bisa terjadi pada pria?
Penis patah adalah cedera yang harus segera ditangani. Jika tidak, kerusakan jangka panjang, bisa terjadi terhadap fungsi seksual dan saluran kemih seorang pria. Penting untuk diingat, jika penis patah terjadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis segera.
Tentu saja, penis patah memiliki gejala yang cukup menyakitkan bagi seorang pria. Apa saja gejalanya?
Menurut beberapa penelitian, penis patah biasanya disertai suara seperti patahan yang bisa terdengar, sesaat penis patah. Jika tidak ada suara patahan itu, bisa jadi ada cedera lain yang terjadi pada penis.
Sesaat setelah penis patah, penis akan terlihat lebam dan membengkak. Sebenarnya masih ada gejala lain, seperti darah dalam urine hingga membengkaknya skrotum. Namun, hal ini sangat jarang terjadi.
Beberapa kondisi medis lain yang mirip seperti penis patah adalah robeknya pembuluh darah di dalam penis. Untuk mengetahuinya lebih jelas, dibutuhkan bantuan dokter yang bisa melihat atau melakukan scanning terhadap penis pasien.
Penis patah berpotensi terjadi saat penis sedang ereksi. Sebab, jaringan tunica albuginea atau corpus cavernosum yang membuat penis bisa ereksi, langsung terisi darah begitu Anda terangsang. Saat penis patah, keduanya bisa robek.
Penis patah juga bisa mencederai uretra (saluran di penis yang dilalui oleh urin). Beberapa penyebab penis patah yang sering terjadi, meliputi:
Penis patah juga sering terjadi, saat penis seorang pria sedang berpenetrasi dan “menabrak” tulang kemaluan (pubik) pasangan.
Biasanya, posisi hubungan seksual woman-on-top, bisa meningkatkan risiko penis patah. Sebab, berat badan dari wanita, bisa membuat penis pria yang sedang ereksi, menjadi tertekuk.
Biasanya, pengobatan penis patah harus melalui proses operasi. Dokter bedah akan segera menjahit robekan yang ada di tunica albuginea dan corpus cavernosum. Tujuannya adalah mengembalikan kemampuan seorang pria untuk berereksi dan mempertahankan fungsi kemihnya.
Setelah operasi, Anda akan tetap menjalani rawat inap di rumah sakit sekitar 1-3 hari. Selama masa perawatan ini, dokter akan memberikan antibiotik dan obat untuk meredakan rasa nyeri pada penis.
Setelah itu, pemulihan penis patah bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan, sampai akhirnya penis bisa berfungsi seperti sedia kala.
Pasien penis patah dilarang melakukan hubungan seks sementara waktu. Setidaknya, pasien harus menunggu sampai satu bulan lebih, untuk bisa kembali melakukan hubungan intim.
Sekitar 90% kasus operasi penis patah, menunjukkan hasil yang memuaskan. Namun, ada efek samping operasi berupa disfungsi ereksi, kelengkungan penis, hingga rasa nyeri saat ereksi.