Saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, kasus stunting meningkat karena banyak terjadi kekurangan gizi. Di sisi lain, obesitas pada anak jumlahnya terus naik. Anak yang kelebihan berat badan atau obesitas cenderung tetap memiliki kelebihan berat badan ketika dewasa.
Obesitas pada anak menjadi penyebab munculnya penyakit kardiovaskular dan diabetes di usia lebih muda. Berdasarkan Riskesdas 2018, dibandingkan tahun 2013, angka obesitas pada anak turun menjadi 8%. Namun menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, hal ini bukan disebabkan oleh perbaikan gizi, melainkan akibat angka stunting yang turun.
Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh, Seorang anak dikatakan kelebihan berat badan jika indeks massa tubuh(IMT) di atas persentil 85 pada kurva IMT/umur. Sementara, seorang anak digolongkan obesitas jika IMT di atas persentil 95.
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan energi yang masuk dengan energi yang dipakai. Berikut adalah penyebab obesitas pada anak yang umumnya terjadi:
Masyarakat umumnya percaya jika kegemukan menurun dalam keluarga, tetapi sebenarnya kontribusi faktor genetik dalam menyebabkan obesitas kecil, yaitu sekitar 5%.
Anak mempelajari perilaku makannya dengan mencontoh orangtua, termasuk dalam hal memilih makanan, jumlah makanan yang dimakan, dan kemauan untuk mencoba makanan baru. Berikut hasil penelitian menarik mengenai kebiasaan makan anak yang perlu Anda simak:
Makanan cepat saji mengandung kalori tinggi, namun memiliki nilai gizi yang rendah. Gaya hidup masyarakat urban perlu diwaspadai, di mana seringkali kedua orangtua bekerja sehingga memiliki waktu lebih sedikit untuk mempersiapkan makanan bagi keluarga di rumah. Ditambah lagi kemudahan untuk membeli makanan cepat saji melalui layanan ojek daring
Konsumsi minuman yang mengandung gula tinggi juga berkontribusi terhadap obesitas. Minuman golongan ini tidak hanya minuman bersoda, tetapi juga minuman kemasan, seperti jus buah, yogurt, bahkan susu. Perhatikan kadar gula di masing-masing kemasan minuman.
Studi menunjukkan porsi makan meningkat drastis dalam satu dekade terakhir. Konsumsi makanan dalam porsi besar--ditambah dengan sering ngemil makanan berkalori tinggi--menyebabkan total asupan kalori yang besar, sehingga dapat menyebabkan obesitas.
Penggunaan teknologi sudah begitu luas. Kita dapat melihat anak dari usia sangat dini sudah menggunakan gawai canggih. Anda perlu waspada jika anak terlalu lama menggunakan gawai atau menonton televisi karena akan mengurangi waktu aktivitas fisiknya. Penelitian juga menunjukkan semakin lama seorang anak menonton televisi, semakin besar keinginannya untuk mengonsumsi makanan yang diiklankan.
Anak belajar melalui contoh yang ada di sekitarnya, terutama dari orangtua. Untuk mencegah obesitas pada anak, mereka perlu diajarkan pola makan yang baik serta aktif secara fisik. Peran orangtua dan keluarga begitu penting agar pola hidup sehat dapat diterapkan oleh setiap anggota keluarga di rumah.