Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak dengan gejala utama berupa gangguan gerakan akibat berkurangnya dopamin (zat yang membantu mengirimkan sinyal dalam sistem saraf) di otak. Selain Parkinson, ada pula kelainan gerak tubuh berupa tremor (anggota tubuh gemetar, tidak dapat dikendalikan), yang juga merupakan bagian dari gejala Parkinson serta distonia (gerakan tidak terkendali yang mengakibatkan seseorang tidak mampu duduk atau berdiri). Penyakit ini seringkali menyerang saat seseorang memasuki usia lanjut, bahkan banyak pula penderita yang masih berusia 40-an.
Selama ini, bantuan yang dapat diberikan hanya terbatas pada obat-obatan. Namun, dosis yang diperlukan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Bila pada awal terserang Parkinson seseorang hanya mengonsumsi satu tablet per hari, maka beberapa bulan setelahnya ia harus mengonsumsi sampai delapan tablet dalam satu hari, sampai di tahun ke lima, obat pun tidak akan bekerja dan pasien lama kelamaan tidak akan mengalami efek yang menyembuhkan dari obat yang ia konsumsi.
Namun kini, dengan berkembangnya teknologi, Siloam Hospitals menyampaikan harapan pada masyarakat akan penyembuhan melalui teknologi DBS (Deep Brain Stimulation). "Dengan teknologi terkini dan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis saraf, dokter spesialis bedah saraf, psikiater, rehabilitasi medis, terapi bicara, dan ahli gizi, maka para penderita Parkinson dapat ditangani secara maksimal" jelas Caroline Riady, Direktur Eksekutif Siloam Hospitals Kebun Jeruk.
Dr. Made Agus M. Inggas, SpBS menjelaskan bahwa operasi DBS atau Stimulasi Otak Dalam sudah merupakan metode terapi berstrandar dan diterima secara luas oleh kalangan kedokteran. Kelebihan dari metode DBS ini adalah kemampuan mengembalikan maupun meningkatkan kualitas hidup pasien dalam waktu yang sangat singkat.
Dr. Frandy Susatia, SpS juga menambahkan, "Selama proses DBS berlangsung, pasien hanya diberikan anestesi lokal dan dibiarkan dalam keadaan sadar. Hal ini bertujuan agar selama proses operasi berlangsung, pasien dapat berkomunikasi dan melatih anggota tubuhnya bergerak sesuai dengan arahan dokter, sampai tim dokter pun dapat melihat langsung dan mengevaluasi perkembangannya sampai keadaan pasien kembali normal. Pasien pun akan dapat kembali beraktivitas dan berkomunikasi dengan baik dan nyaman."
Article By Mahmur Marganti