Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit yang hampir sebagian besar diderita oleh masyarakat di dunia. Data menyebutkan satu dari tiga orang dewasa adalah pasien hipertensi. Para ahli tentu akan menyarankan pasien untuk menjaga tekanan darahnya. Selain menghindari makanan yang mengandung garam, penderita hipertensi juga diminta untuk selalu mengkonsumsi obat pengontrol tekanan darah.
Menurut Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau KPHI, dokter Tunggul Situmorang, tidak semua pasien hipertensi diharuskan untuk mengkonsumsi obat. Sebab, hipertensi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Rupanya, yang membutuhkan konsumsi obat hanyalah pasien hipertensi jenis primer saja. “Dari total keseluruhan pasien hipertensi, sebanyak 80 persen mengidap jenis primer. Sedangkan 20 persennya lagi sekunder. Nah yang butuh minum obat itu hanya primer saja,” katanya dalam acara yang bertajuk Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan Cerdik di Jakarta pada 17 Mei 2019.
Lalu, bagaimana cara masyarakat mengetahui bahwa mereka mengidap jenis primer ataupun sekunder itu? Dalam hal ini, Tunggul menjelaskan bahwa bagi pasien hipertensi primer, umumnya penyebabnya tidak diketahui. Penyebab hipertensi primer ini adalah kombinasi antara berbagai faktor genetik dan lingkungan. Untuk hipertensi sekunder, faktornya telah jelas diketahui. “Untuk primer misalnya merokok, kurang olahraga, usia dan sebagainya. Tapi kalau untuk sekunder ini lebih spesifik. Contohnya seperti kehamilan atau obesitas” katanya.
Karena jenis sekunder lebih terlihat jelas akar masalahnya, Tunggul pun mengatakan bahwa hipertensi tersebut tidak perlu diberikan obat. Namun, langsung memperbaiki penyebab darah tinggi itu sendiri. “Kalau faktornya lebih jelas begini, untuk menyelesaikan juga mudah. Seperti kehamilan tadi, misalnya. Setelah melahirkan ya tekanan darah akan kembali normal tanpa bantuan obat. Demikian juga obesitas. Kalau mereka bisa diet dan menjaga asupan makannya, nanti ketika sudah berat badan ideal, hipertensinya tidak akan kambuh lagi,” katanya.
Tunggul menyarankan agar masyarakat tidak segera mengambil keputusan untuk mengkonsumsi obat. Namun, lebih baik melakukan pengecekan yang akurat dengan para ahli terlebih dahulu. “Cek dulu saja. Pastikan Anda jenis apa. Kalau dokter menyarankan untuk minum obat, baru minum obat. Karena belum tentu Anda harus minum kan?,” katanya.
by :