(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Ruam Popok

Admin rsud | 17 Desember 2019 | 771 kali

Ruam popok adalah kondisi kulit meradang (dermatitis) yang muncul sebagai ruam berwarna merah terang pada kulit bagian bawah (bokong) bayi. Ruam popok seringkali berhubungan dengan kebiasaan jarang berganti popok, kulit sensitif dan popok yang terlalu ketat. Ruam popok dapat membuat cemas orangtua dan mengganggu bayi. Namun biasanya ruam popok dapat diatasi dengan cara yang sederhana, misalnya mengganti popok secara teratur.

 
  • Ruam popok ditandai dengan ruam kulit berwarna merah di bagian kulit yang tertutup oleh popok seperti bokong. Misalnya paha dan daerah kelamin.
  • Bayi dapat terlihat lebih tidak nyaman dibandingkan biasanya, terutama saat penggantian popok. Bayi dengan ruam popok seringkali rewel dan menangis ketika area popok dibilas atau disentuh.
 
  • Iritasi kulit karena paparan kotoran dan urine
    Paparan urine dan kotoran dalam waktu lama, dapat mengiritasi kulit bayi yang sensitif. Bayi akan lebih rentan terhadap ruam popok jika sedang diare, karena kotoran (feses) dapat lebih mengiritasi dibandingkan urine.
  • Gesekan
    Kebanyakan ruam popok disebabkan oleh gesekan yang terjadi ketika kulit bayi yang sensitif bergesekan dengan popok basah.
  • Iritasi kulit karena produk baru
    Kulit bayi dapat bereaksi terhadap tisu bayi, popok dengan merek berbeda atau detergen, pemutih maupun pelembut buatan pabrik yang digunakan untuk mencuci popok kain. Zat tambahan dalam baby lotion, bedak atau minyak untuk bayi juga dapat mengiritasi kulit.
  • Infeksi bakteri atau jamur
    Area yang tertutup popok, seperti bokong, paha dan alat kelamin, biasanya rentan infeksi karena lembap dan hangat. Kondisi ini menjadikannya sebagai area yang cocok untuk perkembangan bakteri atau jamur. Ruam dapat ditemukan dalam lipatan kulit seperti pada pangkal paha, dan dapat ditemukan bintik merah yang tersebar di sekitar lipatan.
  • Pengenalan terhadap makanan baru
    Perubahan dalam diet bayi dapat meningkatkan frekuensi buang air besar dan mengubah komposisi kotoran, yang dapat menyebabkan ruam popok.
  • Kulit sensitif
    Bayi dengan kondisi kulit seperti dermatitis atopik (radang kulit akibat alergi )atau eksim, akan lebih rentan terhadap ruam popok.
  • Penggunaan antibiotik
    Antibiotik dapat ikut membunuh bakteri yang menjaga pertumbuhan jamur dalam tubuh. Akibatnya, bayi rentan terhadap ruam popok karena infeksi jamur. Penggunaan antibiotik juga dapat meningkatkan risiko diare.
 

Diagnosis didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ruam. Biasanya tidak perlu uji lab jika ruam disebabkan oleh respons alergi.

 

Pencegahan dan pengobatan terbaik untuk ruam popok adalah dengan menjaga kulit bayi tetap bersih dan kering. Jika bayi terkena ruam popok meskipun sudah memperhatikan hal-hal tersebut, maka dokter dapat meresepkan:

  • Krim hidrokortison yang ringan
  • Krim antijamur, jika bayi mengalami infeksi jamur
  • Antibiotik topikal (oles) atau oral (obat minum), jika bayi mengalami infeksi jamur

Penggunaan krim atau salep dengan steroid harus sesuai dengan rekomendasi dokter, karena berisiko menyebabkan efek samping. Ruam popok biasanya membutuhkan beberapa hari untuk membaik. Meski demikian, ruam dapat kambuh kembali.

 

Cara terbaik untuk mencegah ruam popok adalah dengan menjaga popok tetap bersih dan kering. Beberapa cara yang dapat membantu mengurangi ruam popok yang berkembang pada kulit bayi, adalah:

  • Sering mengganti popok.
  • Basuh bokong bayi dengan air hangat setiap mengganti popok.
  • Hindari popok yang terlalu ketat.
  • Biarkan bayi bebas dari popok selama beberapa saat.
  • Gunakan krim atau salep kulit bayi secara rutin saat mengganti popok. Contohnya salep atau krim yang mengandung zink oksida atau petroleum jelly.
  • Cuci tangan setelah mengganti popok, untuk mencegah penyebaran infeksi.
 

Segera temui dokter jika ruam pada bayi:

  • Ruam tidak membaik meskupun sudah diobati dengan obat bebas selama 4-7 hari
  • Ruam semakin parah dan menyebar ke bagian tubuh lain
  • Ruam yang disertai diare selama leboh dari 48 jam
  • Berdarah, gatal, atau merembes
  • Menyebabkan kulit terbakar atau sakit, seiring keluarnya urine dan terjadinya pergerakan perut
  • Demam