Memang benar bahwa pneumonia atau paru-paru basah bisa terjadi karena virus, bakteri, atau jamur. Meski demikian, salah satu penyebab paru-paru basah bisa saja terkait erat dengan gaya hidup seseorang.
Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut di paru-paru. Alveoli yang seharusnya berisi udara justru berisi cairan dan nanah. Akibatnya, bernapas terasa nyeri. Menghirup oksigen pun menjadi sulit.
Kali ini, SehatQ akan mengulasi keterkaitan penyebab paru-paru basah utamanya dengan gaya hidup pria.
Menurut penelitian University of Pittsburgh, penderita paru-paru basah yang tiba di Unit Gawat Darurat memiliki kondisi kesehatan lebih kompleks.
Sebagian besar dari mereka adalah perokok berat. Dipadukan dengan usia, ras, karakteristik demografi, kondisi kesehatan kronis, dan penanganan medis, risiko meninggal dunia akibat pneumonia lebih tinggi 30 persen pada pria.
Apabila dirangkum, berikut beberapa gaya hidup yang dapat menjadi penyebab paru-paru basah:
Dengan mengetahui beberapa gaya hidup penyebab paru-paru basah di atas, maka sebaiknya mereka yang berisiko terkena pneumonia lebih bijak menghindari faktor pemicunya.
Selain itu, selalu pastikan mencuci tangan dengan air mengalir terutama setelah mengunjungi rumah sakit. Menjaga kebersihan dan memadukannya dengan gaya hidup sehat adalah benteng diri untuk terhindar dari penyebab paru-paru basah.
Pada Oktober 2015 lalu, para peneliti di bawah bimbingan Mahidol University Thailand melakukan uji coba terhadap tikus jantan dan betina. Bakteri pneumonia disuntikkan pada mereka.
Responsnya, tikus betina dan tikus jantan yang diberi estrogen lebih bisa bertahan terhadap bakteri, tidak mengalami pembengkakan paru-paru, dan bisa bertahan dengan lebih baik.
Hasil ini dilihat 24 jam setelah bakteri dengan ukuran yang biasa disuntikkan. Daya tahan tikus betina juga terlihat dalam durasi penelitian yang lebih lama.
International Conference of the American Thoracic Society pun merilis bahwa pria umumnya hanya bertahan hidup satu tahun sejak terkena pneumonia. Kesimpulan ini didapat dari penelitian University of Pittsburgh terhadap 1,136 pria dan 1,047 wanita dengan gejala pneumonia di 28 rumah sakit.