Penyakit lupus yang dialami oleh penyanyi bernama Selena Gomez sejak 2015 ini tidak boleh dianggap sepele. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita lupus belum diketahui secara tepat. Namun Kementerian Kesehatan memperkirakan terdapat sekitar 1,5 juta orang yang mengidap penyakit ini.
Gejala lupus tergolong sulit terdeteksi. Pasalnya, gejalanya sangat beragam dan sering berbeda pada masing-masing penderita. Tapi sebenarnya, apa itu penyakit lupus?
Lupus tergolong sebagai penyakit autoimun, yakni kondisi yang terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh itu sendiri. Sebagai akibatnya, peradangan di berbagai bagian tubuh bisa terjadi. Mulai dari sendi, kulit, ginjal, otak, jantung, paru-paru, hingga sel-sel darah.
Penyakit lupus memang bisa menyerang siapa saja. Namun perempuan usia produktif (kisaran usia 15-50 tahun) termasuk kalangan yang paling rentan terserang penyakit ini.
Lebih jauh lagi, penyakit lupus dikatakan sembilan kali lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Hal ini diduga karena adanya perbedaan hormon dan kromosom seks. Meski begitu, belum ada penelitian yang bisa memberikan bukti jelas mengenai hal ini.
Selain faktor hormon dan kromosom seks, terdapat sejumlah hal lain yang dikatakan bisa mempertinggi risiko lupus pada seseorang. Berikut penjelasannya:
Penyakit lupus sering disebut sebagai penyakit seribu wajah. Pasalnya, gejala lupus yang muncul seringkali menyerupai gejala berbagai penyakit lain. Inilah alasan lupus umumnya terlambat untuk didiagnosis dan diobati.
Gejala penyakit lupus yang dialami setiap penderita tidaklah sama. Demikian pula dengan tingkat keparahannya. Ada yang mengalami gejala yang parah, dan ada yang tidak.
Meski demikian, gejala-gejala lupus yang tergolong umum dan mungkin timbul bisa meliputi:
Gejala yang dialami oleh pengidap perempuan pun akan memburuk saat kadar estrogen meningkat. Misalnya, sebelum menstruasi.
Perempuan ras Afrika-Amerika dan Hispanik juga bisa mengalami gejala lupus yang lebih parah dibandingkan dengan wanita dari kelompok ras lainnya. Mereka pun umumnya dapat menderita lupus sejak usia yang lebih muda.
Bila mengalami gejala-gejala tersebut, Anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter. Langkah ini memungkinkan Anda untuk menjalani diagnosis yang saksama, sehingga penanganan bisa diberikan secara tepat.
Lupus termasuk penyakit yang umumnya akan menyertai penderitanya seumur hidup. Ini berarti, lupus umumnya tidak bisa disembuhkan.
Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi gejala yang dialami oleh penderita. Oleh sebab itu, jenis penanganan yang diberikan juga cenderung berlainan untuk tiap penderita.
Sebagai contoh, dokter bisa memberikan obat antiinflamasi non steroid (OAINS), seperti ibuprofen, atau hydroxychloroquine untuk mengatasi kelelahan serta masalah kulit dan persendian. Demikian pula dengan pemberian tablet, suntikan, maupun krim steroid.
Khusus untuk lupus yang parah, dua jenis obat baru berupa rituximab dan belimumab juga bisa diberikan oleh dokter. Kedua obat ini berfungsi mengurangi jumlah antibodi dalam darah.
Karena penyebabnya belum diketahui, lupus tidak dapat dicegah. Tetapi Anda dapat mengurangi faktor-faktor yang memicu kemunculan gejala.
Bila Anda mengalami ruam kulit ketika terpapar sinar matahari, hindarilah berlama-lama di luar ruangan. Anda juga bisa menggunakan tabir surya dengan sun protection factor (SPF) 70 atau lebih tinggi untuk menghalau sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB).
Agar tidak kelelahan, pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup. Durasi tidur malam yang dianjurkan adalah tujuh sampai sembilan jam per hari.
Untuk mencegah stres, pelajari dan lakukan teknik relaksasi. Misalnya, meditasi dan yoga. Anda pun bisa memanjakan diri dengan melakukan pijatan agar pikiran tenang.
Dengan memahami apa itu penyakit lupus secara lengkap, Anda diharapkan menjadi lebih tahu dan berhati-hati. Kemenkes Republik Indonesia pun terus menghimbau masyarakat akan bahaya penyakit lupus, khusunya pada Hari Lupus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Mei.
Pemerintah memperkenalkan program SALURI (PerikSA LUpus SendiRI) dengan harapan masyarakat lebih mewaspadai penyakit ini dan dapat mendeteksi gejalanya sejak dini.