Kalau dulu, serangan stroke biasanya datang hanya ke orang-orang tua dengan usia di atas 50 tahun. Namun, serangan stroke sudah mulai mengintai usia muda. Ini terjadi ketika gaya hidup sudah tidak mendukung pola hidup sehat.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan, dari tahun 2013 ke 2018, angka kejadian stroke pada penduduk usia di atas 15 tahun mengalami kenaikan 3,9% per 1000 penduduk. Pada tahun 2018 tercatat 10,9% per 1000 penduduk terdiagnosis stroke, diantaranya berada di usia produktif dan bekerja di perusahaan swasta maupun sebagai pegawai negeri.
Istilah stroke sendiri adalah kerusakan otak yang diakibatkan oleh tersumbatnya aliran pembuluh darah. Perbedaan besar antara stroke pada orang tua dan orang yang lebih muda adalah masa pemulihan.
Stroke pada usia 30 tahun memiliki tingkat pemulihan yang lebih baik daripada yang berusia 80 tahun. Hal itu karena elastisitas otak yang lebih baik dengan kemampuan otak dalam menyesuaikan dan mempelajari keterampilan baru. Namun, stroke di usia muda berarti membutuhkan pemulihan seumur hidup dan hilangnya tahun-tahun produktif. Anda tidak mau kan menyiakan waktu produktif Anda begitu saja?
Baca juga: Ini Gejala Stroke Ringan dan Cara Menanganinya
Penanganan Stroke di Usia Produktif
Menurut penelitian dari Temple University Medical School di Philadelphia, mengatakan bahwa penanganan stroke anak muda berbeda dengan orang yang lebih tua. Serangan kardiogenik pada umumnya menjadi penyebab utama dengan beberapa pemicu, seperti penyakit jantung rematik, kelainan katup jantung, serta dilahirkan dengan lubang antara sisi kanan dan kiri jantung yang disebut foramen ovale paten.
Ada beberapa jenis stroke, tetapi semuanya disebabkan oleh penurunan suplai darah ke otak. Jenis yang paling umum adalah stroke iskemik. Jenis ini disebabkan oleh penggumpalan darah di pembuluh darah otak atau gumpalan darah yang berkembang di luar otak dan bergerak ke pembuluh tersebut. 25 persen pengidap stroke yang berada di bawah usia 45 tahun disebabkan oleh pembedahan pembuluh darah di leher yang bisa jadi pemicu pembekuan darah dalam perjalanan ke otak. Selain itu, migrain, kehamilan, pil KB, dan merokok menjadi faktor risiko lain.
Pemicu lainnya yang tidak bisa dipungkiri adalah terkait gaya hidup, yaitu obesitas. Kemungkinan semakin besar ketika usia seseorang mengalami obesitas juga kian muda. Untuk penanganan stroke di usia muda, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain menerapkan pola hidup sehat.
Melakukan pemeriksaan rutin terkait kesehatan untuk mengontrol gula darah dan tekanan darah sangat penting dilakukan. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan terjadi secara terus menerus bisa menyumbat pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke di usia muda. Beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk mengelola hidup sehat adalah:
1. Berolahraga secara teratur dan pertahankan berat badan ideal
Berolahraga dan mempertahankan berat badan ideal merupakan bagian dari prinsip gizi seimbang, dengan demikian Anda akan mendapatkan sejuta manfaat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa banyak faktor risiko yang membuat seseorang rentan terhadap stroke, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas. Faktor risiko ini bermula dari Anda tidak menjalankan prinsip gizi seimbang.
Jarang berolahraga juga akan membuat Anda rentan stres serta tekanan sosial. Inilah yang membuat orang-orang muda lebih mudah terserang stroke.
2. Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Utamakan konsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk makanan rendah lemak jenuh dan tinggi serat (seperti buah dan sayuran). Hindari makanan yang dapat memicu risiko stroke di usia muda, seperti makanan cepat saji dan gorengan.
3. Hindari Alkohol, Obat-Obatan, dan Rokok
Alasannya karena kebiasaan minum alkohol, merokok, dan konsumsi obat-obatan tanpa anjuran dokter bisa meningkatkan tekanan darah yang menjadi pemicu stroke di usia muda.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan, dari tahun 2013 ke 2018, angka kejadian stroke pada penduduk usia di atas 15 tahun mengalami kenaikan 3,9% per 1000 penduduk. Pada tahun 2018 tercatat 10,9% per 1000 penduduk terdiagnosis stroke, diantaranya berada di usia produktif dan bekerja di perusahaan swasta maupun sebagai pegawai negeri.
Istilah stroke sendiri adalah kerusakan otak yang diakibatkan oleh tersumbatnya aliran pembuluh darah. Perbedaan besar antara stroke pada orang tua dan orang yang lebih muda adalah masa pemulihan.
Stroke pada usia 30 tahun memiliki tingkat pemulihan yang lebih baik daripada yang berusia 80 tahun. Hal itu karena elastisitas otak yang lebih baik dengan kemampuan otak dalam menyesuaikan dan mempelajari keterampilan baru. Namun, stroke di usia muda berarti membutuhkan pemulihan seumur hidup dan hilangnya tahun-tahun produktif. Anda tidak mau kan menyiakan waktu produktif Anda begitu saja?
Baca juga: Ini Gejala Stroke Ringan dan Cara Menanganinya
Penanganan Stroke di Usia Produktif
Menurut penelitian dari Temple University Medical School di Philadelphia, mengatakan bahwa penanganan stroke anak muda berbeda dengan orang yang lebih tua. Serangan kardiogenik pada umumnya menjadi penyebab utama dengan beberapa pemicu, seperti penyakit jantung rematik, kelainan katup jantung, serta dilahirkan dengan lubang antara sisi kanan dan kiri jantung yang disebut foramen ovale paten.
Ada beberapa jenis stroke, tetapi semuanya disebabkan oleh penurunan suplai darah ke otak. Jenis yang paling umum adalah stroke iskemik. Jenis ini disebabkan oleh penggumpalan darah di pembuluh darah otak atau gumpalan darah yang berkembang di luar otak dan bergerak ke pembuluh tersebut. 25 persen pengidap stroke yang berada di bawah usia 45 tahun disebabkan oleh pembedahan pembuluh darah di leher yang bisa jadi pemicu pembekuan darah dalam perjalanan ke otak. Selain itu, migrain, kehamilan, pil KB, dan merokok menjadi faktor risiko lain.
Pemicu lainnya yang tidak bisa dipungkiri adalah terkait gaya hidup, yaitu obesitas. Kemungkinan semakin besar ketika usia seseorang mengalami obesitas juga kian muda. Untuk penanganan stroke di usia muda, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain menerapkan pola hidup sehat.
Melakukan pemeriksaan rutin terkait kesehatan untuk mengontrol gula darah dan tekanan darah sangat penting dilakukan. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan terjadi secara terus menerus bisa menyumbat pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke di usia muda. Beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk mengelola hidup sehat adalah:
1. Berolahraga secara teratur dan pertahankan berat badan ideal
Berolahraga dan mempertahankan berat badan ideal merupakan bagian dari prinsip gizi seimbang, dengan demikian Anda akan mendapatkan sejuta manfaat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa banyak faktor risiko yang membuat seseorang rentan terhadap stroke, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas. Faktor risiko ini bermula dari Anda tidak menjalankan prinsip gizi seimbang.
Jarang berolahraga juga akan membuat Anda rentan stres serta tekanan sosial. Inilah yang membuat orang-orang muda lebih mudah terserang stroke.
2. Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Utamakan konsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk makanan rendah lemak jenuh dan tinggi serat (seperti buah dan sayuran). Hindari makanan yang dapat memicu risiko stroke di usia muda, seperti makanan cepat saji dan gorengan.
3. Hindari Alkohol, Obat-Obatan, dan Rokok
Alasannya karena kebiasaan minum alkohol, merokok, dan konsumsi obat-obatan tanpa anjuran dokter bisa meningkatkan tekanan darah yang menjadi pemicu stroke di usia muda.