(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Maradona dan Bekuan Darah yang Mematikan

Admin rsud | 03 Desember 2020 | 452 kali

“Diego di hati kami, Italia dalam lagu kami”

“Maradona, Naples mencintaimu namun Italia adalah rumah kami”

Demikianlah tulisan spanduk-spanduk pendukung skuad Italia yang ditujukan terkhusus untuk mega bintang Argentian, Diego Armando Maradona saat kedua negara bertemu pada semifinal piala dunia 1990. Ajaibnya, duel tersebut tepat berlangsung di stadion Sao Paolo, Italia, markas Napoli yang bintangnya tentu saja adalah Maradona, sang legenda. Rasa sayang publik Italia, khususnya masyarakat Napoli kepada ikon sepak bola yang dijuluki si Tangan Tuhan ini begitu mendalam dan tiada duanya. Hingga mereka merasa perlu meminta maaf saat harus mendukung kesebelasan negerinya sendiri ketika bertarung hidup mati versus Maradona eh Argentina.

Pesona seorang manusia kadang dapat menerlenakan dunia. Demikian pula Maradona, ia dipuja setara dewa berkat kesaktiannya memainkan si kulit bundar, dari skil yang mencengangkan hingga kontroversi yang menghebohkan. Di pinggiran Buenos Aires yang kumuh, Maradona dipuja bak Tuhan. Sahabat Fidel Castro ini faktanya mampu membangkitkan semangat dan memberi rasa bahagia kepada masyarakat Argentina, Napoli bahkan dunia melebihi yang telah dilakukan pemuka agama manapun. Ia dianggap simbol kebangkitan dan kemenangan kaum marginal. Pesepak bola terhebat sepanjang sejarah ini memang lahir dari keluarga miskin, menggapai singgasana tertinggi popularitas, harta berlimpah sampai akhirnya tumbang kembali ke dunia kumuh yang lain, alkohol, narkoba dan akhirnya kembali ke tangan Tuhan.

Beberapa hari yang lalu, dunia terkejut sekaligus berduka, sang mega bintang dikabarkan berpulang pada usia yang relatif masih muda, 60 tahun. Penyebabnya adalah bekuan darah yang tidak semestinya. Bekuan darah yang tidak normal pada tubuh manusia hidup, dalam dunia medis merupakan kejadian yang semakin banyak terjadi, namun istilah ini tidak popular. Masyarakat luas lebih mengenalnya sebagai stroke, serangan jantung, atau yang lebih jarang lagi suatu penyakit pembuluh darah tepi dan emboli paru.

Dereten penyakit yang disebutkan itu merupakan spektrum klinis/bentuk penyakit yang kesemuanya disebabkan oleh bekuan darah yang tidak semestinya akibat predisposisi gangguan metabolik. Pembekuan darah dalam tubuh manusia hidup, sebetulnya ada yang bersifat normal/fisiologis. Ini misalnya terjadi jika seseorang mengalami luka lecet yang menyebabkan pendarahan kecil. Tanpa diapa-apakan, pendarahan tersebut kemudian berhenti sendiri. Ini disebabkan karena tubuh kita mampu secara fisiologis membentuk bekuan darah yang dilakukan oleh komponen keping darah pembeku (trombosit) dan kalau diperlukan melibatkan sistem protein pembekuan darah.

Bekuan darah yang tidak normal, sebaliknya menyebabkan dampak yang fatal terhadap manusia. Bekuan ini terjadi umumnya akibat gangguan metabolik baik yang terkait gaya hidup maupun karena dasar-dasar genetik. Pada kasus kematian sang legenda Diego Maradona, aspek gaya hidup setelah masa pensiunnya tampak sangat besar berpengaruh. Ia terjebak dalam kemelut ketergantungan alkohol dan narkoba serta mengalami obesitas disertai tekanan psikologis yang berat hingga ia diberitakan beberapa kali mencoba melakukan upaya bunuh diri. Alkoholisme, obesitas dan problem psikologis secara komulatif dapat meningkatkan kadar gula dan kolesterol dalam darah.

Kedua elemen ini sudah tentu kemudian dapat meningkatkan kekentalan darah yang pada akhirnya menurunkan kecepatan aliran darah dalam pembuluhnya. Tingginya kadar gula dan kolesterol dalam darah sudah diketahui dapat merusak permukaan bagian dalam yang sangat halus dari dinding pembuluh darah. Nah kedua keadaan tersebut, kekentalan darah yang bertambah dan kerusakan dinding pembuluh darah, kemudian sangat mudah menyebabkan terjadinya agregasi komponen darah yang bergerombol pada dinding pembuluh darah yang sudah mengalami kerusakan tersebut. Inilah yang disebut “bekuan darah” atau trombosis.

Trombosis dapat terjadi pada otak yang menyebabkan stroke atau menyumbat pembuluh darah jantung yang mengakibatkan serangan jantung dengan spektrum gejala mulai dari yang ringan hingga yang paling fatal menyebabkan kematian mendadak. Kedua hal itulah yang telah dialami Maradona pada sisa-sisa waktu hayatnya sedangkan serangan jantung juga dialami striker timnas Ricky Yakob baru-baru ini. Thrombosis dapat pula terjadi pada pembuluh darah tungkai yang menyebabkan kerusakan jaringan kaki dan sering kali memerlukan tindakan amputasi.

Hal yang paling mengerikan terjadi adalah apabila bekuan darah itu lepas kemudian masuk dalam aliran darah dan tersangkut pada paru-paru. Keadaan ini disebut sebagai emboli paru dan menyebabkan kematian paling cepat karena sulit ditangani. Maradona telah tiada, namun bagi penggemarnya ia selalu abadi, karena ia seakan-akan seorang juru selamat. Di Argentina bahkan dibangun sebuah gereja dengan nama Gereja Maradona. Ia pun telah meninggalkan pesan yang sangat penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dengan baik dan berkesinambungan. Jika tidak, seorang atlet paling sehat dan sukses sedunia sekalipun dapat saja jatuh ke dalam cekikan penyakit medis paling mengerikan!

 

by Putu Arya Nugraha