Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) disebabkan oleh asam lambung yang meluap ke kerongkongan. Penyakit ini seringkali diabaikan. Padahal tanpa disadari penyakit asam lambung dapat menurunkan kualitas fisik, kualitas tidur, produktivitas, kondisi emosi, dan fungsi sosial penderitanya. Selain itu, bila terus diabaikan, penyakit ini dapat memicu komplikasi penyakit di masa depan.
Di Indonesia, GERD memengaruhi kehidupan 25 persen penduduk yang menjalani endoskopi. Namun, jumlah tersebut bisa saja lebih tinggi karena pasien seringkali menunggu hingga 10 tahun atau lebih untuk memeriksakan keluhannya ke dokter. Berdasarkan data yang ada, satu dari tiga pasien GERD mengalami keterbatasan beraktivitas, 60 persen pasien mengalami gangguan tidur, 33 persen pasien menyatakan produktivitasnya terganggu, 50 persen merasakan menjadi lebih sensitif, dan lebih dari 80 persen pasien yang merasa tidak dapat menikmati makanan.
"Pasien GERD biasanya datang dengan keluhan nyeri dada atau rasa panas di dada seperti terbakar. Biasanya nyeri dada ini diikuti juga dengan mulut pahit karena asam lambung yang naik," ucap Ari Fahrial Syam, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, sekaligus Wakil Ketua Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Mengingat dampaknya yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang, Ari menyarankan agar pasien GERD dapat segera mendeteksi gejala GERD yang dialami. Ari juga menuturkan bahwa sebenarnya penyakit GERD dapat dideteksi dengan menggunakan kuisioner.
Guna memudahkan pasien dalam mendeteksi penyakit GERD, PGI bersama dengan AstraZaneca membuat sebuah aplikasi yang bisa digunakan oleh pasien. Aplikasi bernama GERDQ ini merupakan sebuah aplikasi yang berisi kuisioner yang dapat dilengkapi oleh pasien dan dalam pengawasan dokter untuk identifikasi serta manajemen pasien dengan GERD 'disruptive'. Peluncuran aplikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap penyakit GERD.
"Selain itu, GERDQ juga dapat digunakan untuk memonitor respon terapi dan menentukan apakah pasien sudah menggunakan terapi yang tepat untuk mengatasi gejala yang dialami. Hasil data diagnosis dari aplikasi ini juga dapat menjadi basis data skala penyakit GERD di Indonesia," tambah Ari.
Article By Mahmur Marganti