(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Ketahui Kaitan Antara Infeksi Paru-paru Pneumonia dan Empiema

Admin rsud | 10 Januari 2020 | 1213 kali

Seseorang yang mengalami infeksi paru-paru pneumonia - baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur - dapat mengalami komplikasi kesehatan, salah satunya muncul nanah pada paru-paru atau empiema.

Apa yang menyebabkan infeksi paru-paru berkembang menjadi empiema? Dapatkah nanah empiema dikeluarkan sama seperti ketika kita mengeluarkan dahak?

Bagaimana infeksi paru-paru pneumonia berkembang menjadi empiema? 

Empiema adalah kondisi saat nanah berkumpul pada ruang di antara paru-paru dan bagian dalam dinding dada atau yang dikenal sebagai ruang pleura. 

Berbeda dengan dahak pada penderita infeksi paru-paru pneumonia, nanah karena empiema tidak bisa dikeluarkan begitu saja.

Lantas bagaimana infeksi paru-paru pneumonia bisa menimbulkan empiema? Hal ini dapat dijelaskan melalui dampak sistematis pneumonia terhadap paru-paru. 

Infeksi paru-paru pneumonia yang tidak segera ditangani akan membuat jaringan-jaringan dekat organ paru-paru membengkak dan bila bengkak tersebut terus dibiarkan akan memicu penumpukan cairan berlebih dalam ruang pleura.

Kondisi tersebut dikenal sebagai efusi pleura. Ketika cairan berlebih dalam ruang pleura terinfeksi, maka timbullah empiema.

Sekilas mengenai infeksi paru paru pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi paru-paru yang menimbulkan peradangan pada daerah kantung udara di salah satu atau kedua paru paru. Umumnya, infeksi paru-paru pneumonia diakibatkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus.

Namun, infeksi paru-paru pneumonia tidak hanya ditimbulkan oleh bakteri, tetapi juga bisa dipicu oleh jamur, virus, dan organisme yang menyerupai bakteri. Salah satu contoh organisme yang serupa dengan bakteri dan penyebab infeksi paru-paru pneumonia adalah Mycoplasma pneumonia.

Infeksi paru-paru pneumonia memunculkan beberapa gejala seperti demam, rasa sakit di dada saat bernapas atau batuk, kesulitan bernapas, mual, muntah, diare, menggigil, kelelahan, berkeringat, serta batuk yang disertai dengan dahak atau nanah.

Cegah infeksi paru-paru pneumonia!

Anda bisa menghindari terkena empiema dengan menjaga agar tubuh tidak terjangkit infeksi paru-paru pneumonia. 

Vaksinasi adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menangkal infeksi paru-paru pneumonia. Saat ini sudah terdapat beberapa vaksin yang mampu mengatasi beberapa jenis bakteri penyebab pneumonia.

Selain vaksinasi, perubahan pola hidup adalah hal yang juga perlu untuk dilakukan. Berhenti merokok adalah langkah pertama yang dapat dilakukan.

Hal ini  karena rokok dapat merusak pertahanan alami yang dimiliki organ paru dan meningkatkan risiko terserang infeksi paru-paru pneumonia.

Menjaga sistem imun agar tetap kuat bisa mencegah Anda terinfeksi infeksi paru-paru pneumonia. Jagalah sistem imun tubuh dengan pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan memiliki tidur yang cukup.

Menerapkan kebersihan pribadi yang baik akan mengurangi risiko Anda mengalami infeksi paru-paru pneumonia. Kebersihan pribadi yang baik bisa dilakukan dengan selalu mencuci tangan, penggunaan hand-sanitizer juga dapat menjadi alternatif lainnya. 

Benarkah empiema lebih sering dialami oleh pria?

Sebuah penelitian menemukan bahwa pria yang terjangkit infeksi paru paru pneumonia memiliki tingkat penyakit yang lebih parah dan lebih berisiko untuk meninggal sebanyak 30% pada tahun berikutnya. 

Fakta ini cukup membuat peneliti tertarik untuk mengetahui mengapa pria lebih rentan terhadap infeksi paru-paru pneumonia dibanding wanita. Pertanyaan ini berusaha dijawab melalui suatu penelitian mengenai resistensi wanita terhadap bakteri pelaku infeksi paru-paru pneumonia.

Penelitian tersebut mendapati bahwa tikus betina memiliki ketahanan tubuh terhadap bakteri Pneumococcal pneumonia yang merupakan pemicu infeksi paru-paru pneumonia daripada pria serta lebih mampu untuk menghilangkan bakteri serta peradangan yang terjadi.

Resistensi pada tikus betina ini terdapat pada sel darah putih jenis makrofag dalam paru-parunya. Kinerja dari sel makrofag pada tikus betina lebih baik dalam membunuh bakteri. Meskipun demikian, belum ada penelitian yang dilakukan pada manusia sehingga membutuhkan riset lebih lanjut.