Saat menginjak remaja, seorang anak laki-laki akan merasakan perubahan dalam dirinya, seperti suara menjadi berat atau mulai merasakan hasrat seksual. Semua perubahan yang normal ini, baik fisik maupun psikologis, dapat terjadi karena adanya fungsi hormon testosteron.
Hormon testosteron memainkan peran dan fungsi krusial untuk kehidupan pria. Fungsi hormon testosteron tersebut bertanggung jawab mulai dari persoalan seksualitas hingga kesehatan tulang dan otot. Walau begitu, hormon testoteron juga terdapat pada wanita, namun dalam kadar yang sedikit.
Pada pria, sebagian besar hormon testosteron diproduksi di testikel (testis), atas koordinasi hipotalamus dan kelenjar pituitari di otak. Dalam jumlah sedikit, hormon ini juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal, yang terletak di atas ginjal.
Sementara itu, hormon testosteron pada wanita dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan indung telur (ovarium).
Tak salah bila banyak orang menyebut hormon testosteron sebagai hormon pria. Sebab, salah satu fungsi hormon ini memang untuk reproduksi dan seksualitas laki-laki. Tanpa hormon ini, pria akan mengalami gangguan reproduksi, termasuk jumlah sperma yang sedikit.
Berikut ini fungsi hormon testosteron untuk laki-laki yang patut untuk diketahui:
Fungsi hormon testosteron untuk seksualitas pria mungkin paling dikenal oleh banyak orang. Saat anak laki-laki memasuki fase pubertas, mereka akan mengalami perubahan fisik dan psikologis. Beberapa contoh perubahan tersebut, meliputi:
Hormon testosteron memiliki fungsi dalam produksi sel sperma serta perkembangan alat reproduksi, seperti penis dan testis. Hormon testosteron sudah berfungsi untuk sistem reproduksi anak laki-laki bahkan saat Anda masih berada dalam kandungan.
Fungsi hormon testosteron lainnya adalah berperan dalam perkembangan massa otot laki-laki. Hormon ini meningkatkan produksi neurotransmitter (senyawa kimiawi di otak) untuk mendorong pertumbuhan jaringan.
Tak sampai di situ, hormon testosteron juga memiliki peran dalam sintesis protein serta peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Sintesis protein dan hormon pertumbuhan merangsang perkembangan dan pertumbuhan otot.
Untuk tulang, hormon testosteron bekerja dengan meningkatkan kepadatan tulang. Jika kadar hormon testosteron rendah, seorang pria berisiko untuk mengalami patah tulang dan kerapuhan tulang. Selain itu, hormon testosteron juga memerintahkan sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hormon testosteron memerintahkan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah. Testoteron menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui aliran darah. Beberapa kajian juga menemukan, hormon pria ini memiliki potensi untuk menjaga kesehatan jantung. Walau begitu, peran dan fungsi hormon testosteron untuk mengatur kadar kolesterol dan tekanan darah masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut.
Hormon testosteron juga berperan dalam perilaku pria. Beberapa contoh tingkah laku dan sifat pria, yang dipengaruhi oleh hormon testosteron, yaitu:
Walau begitu, penting untuk diingat, hormon testosteron hanyalah sekian dari multifaktor yang memengaruhi perilaku seorang pria. Faktor lain, seperti biologis dan lingkungan, juga berkontribusi.
Tumbuhnya kumis dan jenggot saat seorang anak laki-laki memasuki usia remaja merupakan hasil kerja dari fungsi hormon testosteron. Begitu juga dengan rambut dan bulu yang muncul di area kemaluan, ketiak, kaki, hingga dada.
Kebanyakan pria sebenarnya sudah memiliki hormon testosteron yang cukup. Namun, tetap ada risiko kadar hormon ini terlalu sedikit, yang memicu terjadinya suatu gangguan yang disebut hipogonadisme.
Apabila mengalami hipogonadisme, seorang pria akan menunjukkan hal-hal berikut ini:
Seiring berjalannya waktu, pria yang terus memiliki kadar hormon testosteron rendah berisiko untuk mengalami hal di bawah ini:
Jika tidak ditangani, kadar hormon testosteron yang rendah akan menimbulkan beragam komplikasi, seperti osteoporosis atau tulang keropos, mood swing, penurunan energi, dan penyusutan testis.
Pemeriksaan untuk mengetahui rendah atau normalnya hormon testosteron diawali dengan pemeriksaan darah. Apabila dinyatakan rendah oleh dokter, Anda perlu melakukan tes lanjutan. Tes lanjutan tersebut termasuk pemeriksaan air mani, tes pencitraan kelenjar pituitari, hingga biopsi testis.
Penanganan untuk hormon testosteron rendah dapat berupa pemberian suplemen, walau tipe penanganan ini sering dihindari oleh dokter karena efeknya terhadap organ hati.
Selain suplemen, dokter juga dapat melakukan terapi penggantian hormon testosteron. Terapi ini dapat berbentuk gel, injeksi, maupun tablet.