(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Jika Dibiarkan, Infeksi Rahim Bisa Berpengaruh pada Kesuburan

Admin rsud | 08 Januari 2020 | 20840 kali

Infeksi rahim terjadi ketika adanya peradangan di dinding rahim atau endometrium. Dalam istilah medis, infeksi rahim disebut dengan endometritis. Meskipun tidak mengancam nyawa, infeksi rahim perlu segera diobati agar tidak menimbulkan komplikasi.

Tak hanya kesuburan, infeksi rahim dapat berpengaruh pada fungsi organ reproduksi dan masalah kesehatan lainnya. Apabila seseorang merasakan gejala terjadinya infeksi rahim, sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter untuk tahu apa penyebab dan cara mengatasinya.

Penyebab terjadinya infeksi rahim

Penyebab utama terjadinya infeksi rahim atau endometritis adalah infeksi bakteri. Beberapa penyebabnya di antaranya:

  • Infeksi menular seksual

Penularan bakteri penyebab endometritis biasanya terjadi akibat aktivitas seksual yang tidak aman. Beberapa contoh penyakit infeksi menular seksual yang menyebabkan infeksi rahim adalah gonore dan klamidia.

  • Persalinan atau keguguran

Salah satu penyebab paling umum terjadinya infeksi rahim adalah keguguran atau persalinan. Perempuan yang melahirkan dengan cara Caesar lebih rentan mengalami infeksi rahim.

  • Infeksi radang panggul

Infeksi radang panggul juga bisa menjadi pemicu terjadinya endometritis. Apabila tidak segera ditangani, infeksi radang panggul bisa menjadi serius dan menimbulkan komplikasi.

  • Tuberkulosis

Penyakit TB bisa menyerang organ reproduksi seperti endometrium.

  • Infeksi akibat terganggunya bakteri normal vagina

Penggunaan sabun pembersih kewanitaan secara berlebihan atau aktivitas lain yang memicu terganggunya pH untuk bakteri normal vagina bisa menyebabkan infeksi rahim. Bakteri jahat justru dapat berkumpul dan menginfeksi.

  • Prosedur operasi sekitar panggul

Beberapa prosedur operasi sekitar panggul bisa menyebabkan bakteri masuk ke dalam uterus. Contohnya adalah operasi kuret, biopsi, histeroskopi, atau pemasangan IUD. Namun biasanya tindakan disinfeksi sudah dilakukan untuk mencegahnya.

Terkadang, infeksi rahim juga bisa terjadi setelah seseorang menjalani prosedur yang membuka jalan menuju uterus. Hal ini menyebabkan bakteri berisiko masuk melalui serviks.

Gejala infeksi rahim

Beberapa gejala infeksi rahim yang mungkin dirasakan seorang perempuan adalah:

  • Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
  • Vagina mengeluarkan darah atau keputihan yang tidak biasa
  • Demam tinggi hingga menggigil
  • Merasa lesu dan tidak enak badan
  • Konstipasi atau rasa nyeri saat buang air

Apabila gejala-gejala di atas tidak kunjung membaik hingga beberapa hari, segera periksakan diri ke dokter untuk tahu diagnosis dan cara mengatasinya.

Apakah infeksi rahim memengaruhi kesuburan?

Infeksi rahim atau endometritis dapat berpengaruh pada kemampuan seorang perempuan untuk dapat hamil atau mempertahankan kehamilannya. Infeksi pada rahim dapat menyebabkan embrio sulit melekat dan berkembang secara normal di dinding rahim.

Dalam penelitian tahun 2016 lalu diketahui bahwa infeksi rahim kronis bisa berpengaruh terhadap kesuburan seorang perempuan dengan 2 cara:

  • Menyebabkan sel telur yang sudah dibuahi tidak bisa melekat pada dinding rahim
  • Meningkatkan risiko terjadinya keguguran berulang

Meski demikian, pengobatan infeksi rahim dengan antibiotik menjadi kabar baik untuk masalah kesuburan ini. Penderita infeksi rahim merasakan kondisi mereka membaik hingga lebih dari 80% setelah mengonsumsi antibiotik yang tepat.

Namun tidak berarti semua perempuan yang mengalami infeksi rahim tidak punya harapan untuk memiliki keturunan. Setidaknya 1/3 penderita infeksi rahim yang diteliti oleh Palo Alto Medical Foundation bisa hamil secara alami tanpa perawatan terkait kesuburan sama sekali.

Bagaimana mengatasi infeksi rahim?

Beberapa cara mengatasi infeksi rahim di antaranya:

  • Antibiotik

Mengingat infeksi rahim terjadi karena adanya bakteri, maka dokter akan merekomendasikan untuk mengonsumsi antibiotik penyebab peradangan di dinding rahim. Apabila kondisinya cukup parah, pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

  • Tes lanjutan

Setelah tuntas mengonsumsi antibiotik, pasien akan diminta untuk menjalani pemeriksaan lanjutan untuk memastikan infeksi benar-benar bersih. Pada beberapa kasus, caranya bisa dengan melakukan biopsi. Apabila infeksi belum tuntas, bisa dicari alternatif antibiotik lain.

  • Pengangkatan jaringan

Apabila ada jaringan yang tertinggal di rahim setelah persalinan C-section atau keguguran, maka dokter akan mengambil tindakan untuk mengangkatnya.

  • Mengatasi abses

Apabila infeksi rahim disertai dengan adanya abses dari perut, maka perlu ada operasi untuk menghilangkan nanah atau cairan yang terinfeksi dari perut.

Pada jangka panjang, umumnya infeksi rahim bisa sembuh dan tidak menimbulkan komplikasi setelah penderitanya mengonsumsi antibiotik. Meski demikian, mengatasi infeksi rahim sebaiknya tidak ditunda-tunda agar tidak menimbulkan infeksi.

Ke depannya, infeksi rahim bisa dicegah dengan memastikan prosedur apapun yang dilakukan oleh dokter atau saat persalinan menggunakan alat yang benar-benar steril.

Selain itu, pastikan selalu melakukan aktivitas seksual dengan alat kontrasepsi untuk mengurangi risiko tertular infeksi.