(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Jangan Sepelekan Ketuban Pecah Dini, Ini yang Harus Dilakukan

Admin rsud | 10 Oktober 2019 | 2754 kali

Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah adalah fase normal ketika mereka siap melahirkan. Namun ketuban pecah dini adalah kasus yang berbeda. Semakin prematur terjadinya ketuban pecah dini, bisa jadi risiko infeksi bagi janin juga lebih tinggi.

Istilah medis ketuban pecah dini adalah premature rupture of the membranes (PROM). Hal ini bisa terjadi pada setidaknya 10% ibu hamil. Komplikasi bisa terjadi apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum minggu ke-37 yang bisa dialami 3% ibu hamil.

Sejatinya, air ketuban ini adalah kantong cairan yang membungkus janin sehingga tetap aman di dalam perut ibu hamil. Di sinilah bayi terus berkembang lebih besar dalam temperatur yang stabil dan nyaman.

Ketika tubuh siap melahirkan, air ketuban ini akan pecah dan mengalir keluar lewat vagina. Biasanya, ibu hamil akan merasakan kontraksi dan pembukaan serviks atau leher rahim sebagai jalur keluarnya bayi.

Tanda-tanda ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini akan terasa selayaknya cairan keluar dari vagina. Ketuban pecah dini bisa terjadi dalam dua kondisi: seperti air yang merembes perlahan atau keluar tiba-tiba dengan kencang.

Apabila terjadi secara perlahan, banyak ibu hamil yang menyalahartikan cairan ini sebagai air seni. Meski demikian, perbedaan utamanya adalah air ketuban tidak berwarna dan juga tidak berbau amonia seperti halnya air seni.

Ketika Anda merasakan ada cairan yang keluar dari vagina dalam jumlah banyak, segera periksa lewat indera penciuman Anda. Apabila yang terjadi adalah ketuban pecah dini, segera gunakan pembalut dan periksakan diri ke dokter kandungan atau unit gawat darurat rumah sakit.

Penyebab ketuban pecah dini

Pada setidaknya 3% kehamilan, ada kemungkinan ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan memasuki usia 37 minggu. Penyebab terjadinya ketuban pecah dini di antaranya adalah:

  • Kebiasaan merokok
  • Berat badan di bawah ideal
  • Kehamilan kembar
  • Tekanan darah tinggi
  • Mengalami infeksi saluran kencing yang tak diobati
  • Pernah mengalami hal serupa di kehamilan sebelumnya
  • Pendarahan pada vagina selama periode kehamilan
  • Masalah pada serviks

Risiko terbesar ketika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya infeksi. Seperti yang kita tahu, air ketuban melindungi bakteri dan kuman lainnya menyerang janin di dalam perut.

Artinya, ketika air ketuban telah pecah, ada kemungkinan janin menjadi lebih rentan terkena infeksi. Infeksi ini bisa datang dari saluran reproduksi bagian bawah maupun saluran kemih. 

Itu sebabnya setiap detik begitu berharga untuk segera memeriksakan diri ke dokter kandungan ketika terjadi ketuban pecah dini.

Saat ketuban pecah dini, apa yang perlu dilakukan?

Tindakan apa yang harus diambil ketika mengalami ketuban pecah dini sangat bergantung pada periode kehamilan. Semakin awal terjadi ketuban pecah dini, maka semakin besar risikonya.

Tindakan ini bisa diklasifikasikan dalam periode kehamilan sebagai berikut:

  • Kehamilan di atas 37 minggu

Ketika kehamilan Anda sudah berusia lebih dari 37 minggu, artinya kehamilan Anda telah matang dan Anda siap untuk melahirkan. 

Anda bisa memilih untuk menunggu hingga terjadi kontraksi dan melahirkan secara normal atau menggunakan induksi dengan obat yang dimasukkan melalui vagina atau IV.

Seorang ibu hamil yang melahirkan dalam periode 24 jam setelah ketuban pecah tidak berisiko mengalami infeksi.

  • Kehamilan 34-37 minggu

Ketika seorang ibu hamil berada di fase kehamilan sekitar tiga minggu dari hari perkiraan lahir atau due date dan mengalami ketuban pecah dini, dokter kandungan biasanya akan meminta observasi selama beberapa jam.

Biasanya dokter akan memberikan induksi atau memutuskan untuk melahirkan bayi untuk menekan risiko janin terinfeksi. Akan jauh lebih aman melahirkan sebelum due date ketimbang risiko mengalami infeksi. 

Dokter akan memutuskan untuk melahirkan bayi apabila paru-paru janin Anda dinyatakan telah matang.

  • Kehamilan 23-34 minggu

Apabila ketuban pecah dini terjadi pada periode ini, akan lebih baik menunda sedikit proses persalinan sehingga bayi bisa berkembang lebih maksimal. 

Namun, beberapa pertimbangan lain seperti berat badan bayi, jumlah air  ketuban dan tanda-tanda atau risiko infeksi juga akan dipikirkan oleh dokter. 

Dokter kandungan umumnya akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi pada janin.

Tak hanya itu, dokter juga akan meresepkan steroid untuk membantu proses pematangan paru-paru janin. Anda juga bisa saja diminta berada di rumah sakit sembari menunggu janin siap dilahirkan.

  • Kehamilan kurang dari 23 minggu

Risiko tertinggi bisa terjadi apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan kurang dari 23 minggu. Dokter kandungan akan menjelaskan dampak positif dan negatif dari keputusan mempertahankan kehamilan Anda.

Bayi yang terlahir pada periode ketuban pecah dini kurang dari 23 minggu kecil kemungkinan bisa bertahan. 

Memeriksakan diri secara berkala ke dokter kandungan dalam periode bulanan bisa menjadi langkah paling bijak untuk mengantisipasi ketuban pecah dini. 

Selain itu, segera periksakan diri Anda jika ada cairan yang keluar dari vagina untuk memastikan apakah cairan tersebut ketuban atau bukan. Pada saat konsultasi, dokter akan melihat kadar ketuban Anda dan menentukan apakah terlalu rendah atau normal.

Semakin awal kondisi air ketuban diidentifikasi, akan semakin besar pula kemungkinan mengantisipasi ketuban pecah dini.