Sebagian masyarakat menolak pemberian vaksin campak dan rubella pada anak-anak mereka, dengan berbagai alasan. Terlepas dari alasan yang membuat mereka menolak vaksin, ada hal yang perlu Anda ketahui tentang seberapa berbahaya penyakit campak dan rubella sehingga pemerintah sampai mengkampanyekan vaksin tersebut dilakukan secara nasional.
Menurut dokter spesialis anak Sri Rezeki Hadinegoro, campak adalah penyakit infeksi yang dipicu virus campak. Gejalanya adalah demam tinggi, pilek, batuk, juga diare. Kemudian muncul ruam di kulit yang menyebar.
Penyakit campak dapat menyebabkan kematian terutama jika penderita mengalami gizi buruk. Pasien umumnya berusia 15 tahun ke bawah, sehingga vaksin akan diberikan di usia lebih rendah dari 15 tahun.
Komplikasi lain dari penyakit campak adalah dehidrasi, pneumonia (radang paru), hingga radang otak (ensefalitis).
Sementara penyakit rubella adalah infeksi virus rubella yang memberikan gejala demam sedang, dan juga berakhir ruam di kulit.
Pada anak-anak yang mengalami rubella, penyakit tersebut tak akan memberikan dampak terlalu berbahaya. Namun yang jadi masalah adalah jika ibu hamil terinfeksi penyakit ini.
Apabila ibu hamil trimester satu terinfeksi rubella, janin beresiko besar mengalami cacat. Istilah medisnya adalah Sindrom Rubella Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS).
Fungsi vaksin adalah untuk menghambat dan menghentikan sebaran penyakit tersebut, karena dampaknya bisa panjang.
Bayi yang lahir dengan CRS akan mengalami lingkar kepala lebih kecil dari normal, cacat mata, juga kemungkinan tuli. Dapat juga mengalami penyakit jantung bawaan, keterlambatan mental, dan ruam.