(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Infeksi Helicobacter Pylori

Admin rsud | 10 Oktober 2019 | 5737 kali

Helicobacter pylori atau H. pylori merupakan sebuah jenis bakteri yang dapat masuk ke dalam tubuh yang tinggal dan beradaptasi pada lingkungan saluran pencernaan yang asam. Bentuk spiral (helico) pada bakteri H. pylori memampukan bakteri tersebut untuk menembus dinding saluran pencernaan serta mengganggu respons sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut berakibat bakteri H. pylori tidak dapat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat menimbulkan masalah pada saluran pencernaan. Infeksi dari bakteri ini biasanya tidak berbahaya, akan tetapi seringkali menimbulkan luka pada lambung maupun usus halus.

 

Mayoritas orang yang terkena infeksi bakteri H. pylori tidak mengalami gejala. Selanjutnya, apabila infeksi tersebut telah menimbulkan luka pada saluran pencernaan, maka gejala yang pasti timbul adalah adanya rasa nyeri atau sakit pada area perut; terlebih saat perut dalam keadaan kosong pada malam hari maupun pagi hari. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang dapat berkaitan dengan infeksi bakteri H. pylori, antara lain:

  • Rasa mual
  • Rasa terbakar atau mulas pada area perut yang dapat menjalar ke dada
  • Sering bersendawa
  • Nafsu makan
  • Kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas
  • Perut kembung
  • Muntah

Apabila terus dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik, infeksi oleh bakteri H. pylori akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang lebih parah pada saluran pencernaan, seperti:

  • Adanya pendarahan pada bagian dalam lambung akibat luka yang terjadi pada pembuluh darah di area saluran pencernaan dapat berakibat pada anemia (kurang darah) dan kekurangan zat besi.
  • Perforasi atau kebocoran pada saluran pencernaan akibat luka yang semakin parah.
  • Kesulitan buang air besar akibat adanya sesuatu seperti tumor yang menjadi penghalang pada saluran pencernaan.
  • Peritonitis yang merupakan infeksi pada area peritoneum atau lapisan pada rongga saluran pencernaan.
  • Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa infeksi bakteri H. pylori dapat meningkatkan risiko terkena kanker lambung.
 

Infeksi oleh bakteri H. pylori belum diketahui secara pasti tentang penyebaran bakteri tersebut. Akan tetapi, bakteri tersebut diketahui dapat menular kontak mulut ke mulut, maupun dari  fecal-oral (bakteri ditemukan pada feses), misalnya saat tangan terkontaminasi feses digunakan untuk makan. Selain itu bakteri H. pylori juga dapat ditemukan pada air maupun makanan yang terkontaminasi.

Bakteri-bakteri H. pylori yang masuk ke dalam saluran pencernaan dapat menimbulkan masalah dalam saluran pencernaan. Pada saat menembus dinding saluran pencernaan, bakteri H. pylori akan menghasilkan sebuah zat yang dapat menetralisir asam dalam perut, sehingga menyebabkan area perut menjadi lebih sensitif apabila terpapar oleh zat asam yang cukup keras. Selanjutnya, bakteri-bakteri H. pylori dan zat asam tersebut akan mengiritasi lapisan pada saluran pencernaan dan menimbulkan luka. Risiko terkena infeksi bakteri H. pylori biasanya juga terkait dengan kurangnya tingkat kebersihan lingkungan tempat tinggal.

 

Dalam pemeriksaan untuk memastikan diagnosis infeksi bakteri H. pylori, terdapat beberapa tahapan dan metode pemeriksaan, antara lain:

  • Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan Anda dan keluarga Anda. Pastikan Anda juga menjelaskan pada dokter mengenai obat-obatan maupun vitamin dan suplemen yang sedang Anda konsumsi.
  • Pemeriksaan fisik, Dokter akan memeriksa area perut dan memeriksa tanda-tanda kembung maupun sakit pada perut.
  • Pemeriksaan darah, Pada pemeriksaan ini, dokter akan memeriksa sampel darah untuk melihat adanya sistem kekebalan (antibodi) tubuh Anda terhadap bakteri H. pylori.
  • Pemeriksaan sampel feses, pemeriksaan ini dilakukan dengan dokter menginstruksikan Anda untuk mengambil sampel feses Anda yang bertujuan untuk menganalisa tanda-tanda bakteri H. pylori pada feses.
  • Pemeriksaan napas (urea breath test), pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pasien akan menelan zat yang mengandung urea. Selanjutnya, apabila dalam tubuh terdapat bakteri H. pylori, hal tersebut akan terdeteksi melalui sebuah alat khusus.
  • Endoskopi, pemeriksaan ini dilakukan dengan cara dokter memasukkan sebuah alat panjang dan tipis yang disebut endoskop melalui mulut dan akan berakhir pada area lambung. Pada alat tersebut terdapat sebuah kamera yang dapat digunakan oleh dokter untuk melihat keadaan di dalam area perut.
 

Pengobatan yang dilakukan akan difokuskan pada dua hal, yaitu mengobati infeksi dan perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi pada saluran pencernaan. Beberapa pengobatan yang dilakukan antara lain:

  • Antibiotik, Pada pengobatan infeksi H. pylori dengan menggunakan antibiotik, dokter akan mengkombinasikan dua antibiotik yang berbeda bersamaan dengan obat yang dapat mengurangi kadar asam lambung yang dikenal dengan sebutan proton pump inhibitor (PPI). Dengan menurunkan kadar asam pada lambung, dapat membantu antibiotik untuk bekerja lebih efektif dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan antibiotik dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yaitu:
    • Terapi lini pertama, pengobatan ini menggunakan 14 hari pemberian antibiotik klaritromisin dan amoksisilin yang dikombinasikan dengan konsumsi obat PPI.
    • Terapi lini kedua, Pengobatan ini menggunakan 14 hari pemberian antibiotik tetrasiklin  dan metronidazole (kadang juga dapat diganti dengan penggunaan tinidazole), konsumsi obat PPI, serta tablet bismuth subsalisilat yang berfungsi untuk melindungi lapisan saluran pencernaan.
    • Terapi sekuensial, Pengobatan ini menggunakan dua program pengobatan yang berbeda. Pengobatan pertama dilakukan dengan pemberian amoksisilin dengan obat PPI selama lebih dari lima hari. Setelah itu, pengobatan akan dilanjutkan dengan dengan pemberian klaritromisin, amoksisilin, serta obat PPI selama lima hari berikutnya.
    • Pengobatan luka pada saluran pencernaan, Adanya luka pada saluran pencernaan dapat terdeteksi melalui pemeriksaan endoskopi. Pengobatan luka tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menutup pembuluh darah yang terluka dengan laser atau elektrokauter (membakar jaringan dengan arus listrik) maupun menyuntikkan epinefrin ke dalam pembuluh darah untuk menghentikan pendarahan. Apabila hal tersebut tidak berhasil, pembedahan seperti parsial gastrektomi (pengambilan sebagian area lambung) maupun laparoskopi dapat dilakukan.

Apabila bakteri H. pylori telah positif terdeteksi dalam tubuh, dibutuhkan jangka waktu tertentu guna menyembuhkan infeksi bakteri tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mengurangi pemicu yang dapat mengganggu saluran pencernaan maupun pemicu produksi asam lambung yang berlebih, seperti menghindari penggunaan aspirin maupun obat-obatan yang dapat mengiritasi saluran pencernaan.

 

Tidak terdapat vaksin untuk mencegah infeksi H. pylori. Akan tetapi, mengingat bakteri tersebut dapat menyebar melalui makanan maupun air yang terkontaminasi, maka terdapat beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah infeksi oleh bakteri H. pylori:

  • Mencuci tangan dengan bersih setelah menggunakan toilet maupun sebelum dan sesudah makan.
  • Mengonsumsi makanan yang terjamin kebersihannya.
  • Mengonsumsi air dari sumber yang bersih serta aman.
 

Apabila Anda merasakan nyeri atau sakit pada area perut dan tak kunjung reda setelah Anda mengkonsumsi obat-obatan seperti antacid maupun adanya gejala-gejala lain seperti kesulitan menelan, anemia (kurang darah), serta adanya darah pada feses atau muntahan Anda, maka sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter.