(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Ibu dan Ayah, Waspadai Berbagai Jenis Alergi pada Bayi Ini

Admin rsud | 02 Oktober 2019 | 1463 kali

Kulit yang masih sensitif dan sistem kekebalan tubuh yang masih lemah, membuat bayi rentan terkena alergi. Saat terjadi alergi, kulit lembut dan mulus bayi akan berubah menjadi ruam, kemerahan, gatal, melepuh, hingga mengelupas.

Bukan hanya itu, bayi juga menjadi lebih rewel dan sering menangis sehingga orangtua tentunya merasa khawatir. Oleh sebab itu, kenali jenis-jenis alergi pada bayi ini agar Anda sebagai orangtua bisa mengambil langkah penanganan yang tepat.

Beberapa jenis alergi pada bayi

Alergi pada bayi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bayi bereaksi secara abnormal terhadap pemicu alergi. Hal-hal yang dapat memicu alergi umumnya merupakan hal yang biasa dan tidak berbahaya. Beberapa jenis alergi pada bayi yang umumnya terjadi, antara lain:

  • Alergi makanan

Bayi dapat mengalami alergi terhadap makanan apapun. Reaksi alergi bahkan bisa muncul pada lebih dari satu jenis makanan. ASI atau susu formula bisa menimbulkan alergi pada sebagian bayi. Selain itu, makanan seperti kacang-kacangan, telur, ikan, kerang, kedelai, dan gandum juga dapat memicu alergi.

Gejala alergi makanan yang biasanya muncul pada bayi, yakni batuk, sakit perut, diare, gatal-gatal, muntah, hidung meler, sulit bernapas, pembengkakan bibir atau lidah, hingga sesak napas atau mengi.

  • Alergi dalam ruangan

Mungkin Anda merasa rumah adalah tempat yang steril, namun bayi juga bisa mengalami alergi dalam ruangan. Bulu boneka, jamur, binatang kecil (tungau atau serangga), serta hewan-hewan mikroskopis yang menempel di bantal, karpet, atau kasur di dalam ruangan bisa memicu terjadinya alergi pada bayi.

Bukan hanya itu, asap rokok dan parfum yang memenuhi ruangan pun mampu membuat bayi terkena alergi. Bayi bisa mengalami gejala alergi, seperti pilek, hidung tersumbat, bersin, ruam, dan gatal-gatal.

  • Alergi hewan peliharaan

Bayi dapat mengalami alergi hewan peliharaan karena bulu, air liur, atau urinenya. Bulu hewan peliharaan bisa menempel di tempat tidur bayi sehingga memicu alergi pada bayi.

Bukan hanya itu, air liur atau urine hewan peliharaan yang mengering dapat berubah menjadi partikel-partikel yang menyebar melalui udara. Hal tersebut juga bisa memicu alergi pada bayi.

Kucing dan anjing seringkali menjadi penyebab dari alergi hewan peliharaan pada bayi. Gejala alergi yang mungkin terjadi, yaitu bersin dan hidung berair.

  • Alergi musiman

Pada musim tertentu, bayi dapat lebih rentan terkena alergi. Kondisi ini disebut dengan rinitis alergi. Gejala yang dapat muncul, yaitu bersin, mata berair, batuk, hidung beringus, dan sakit telinga.

Jika dalam setahun pada waktu tertentu bayi Anda mengalami gejala tersebut, maka ada kemungkinan ia mengalami alergi musiman.

  • Alergi obat-obatan

Ketika bayi sakit, Anda mungkin memberi antibiotik agar mereka bisa cepat sembuh. Namun, antibiotik ternyata merupakan obat yang paling sering menyebabkan reaksi alergi. Selain antibiotik, masih terdapat pula obat lain yang dijual bebas bisa memicu terjadinya alergi.

Jika setelah mengonsumsi obat tertentu bayi menunjukkan reaksi alergi, seperti batuk, ruam, gatal atau bahkan pembengkakan, maka bayi berpotensi mengalami alergi obat.

  • Alergi bahan kimia

Popok, sabun, atau deterjen tertentu yang digunakan untuk keperluan bayi dapat membuat mereka mengalami reaksi alergi. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan kimia yang terkandung dalam produk tersebut.

Oleh sebab itu, Anda sangat dianjurkan memilih produk yang aman untuk bayi karena kulit mereka yang masih sensitif.

Cara mengobati alergi pada bayi

Jika bayi Anda mengalami alergi, sebaiknya konsultasikan pada dokter agar segera mendapatkan penanganan yang tepat. Mengobati alergi pada bayi umumnya tergantung pada jenis alergi yang dialaminya. Beberapa perawatan yang dapat dilakukan, di antaranya:

  • Menghilangkan paparan alergi. Anda perlu mengetahui hal yang menyebabkan bayi mengalami alergi. Jika sudah mengetahuinya, misalnya karena bulu kucing, maka Anda harus menjauhkan kucing dari bayi.

  • Memberi obat antihistamin. Dokter mungkin akan meresepkan obat antihistamin untuk bayi Anda agar alerginya segera sembuh. Antihistamin dapat membantu meringankan reaksi alergi. Namun, sebagian besar antihistamin tidak direkomendasikan untuk bayi berusia di bawah 2 tahun.

  • Mengoleskan krim hidrokortison. Krim ini dapat membantu mengobati reaksi alergi pada kulit bayi. Namun, konsultasikan pada dokter dan selalu baca petunjuk kemasan sebelum penggunaan.

  • Memberi inhaler. Dokter mungkin akan menyarankan Anda memberi inhaler pada bayi jika bayi mengalami kesulitan bernapas akibat alergi.

  • Menyuntikkan hormon adrenalin. Ketika bayi mengalami reaksi alergi yang parah (anafilaksis), maka dokter akan meresepkan hormon adrenalin dalam bentuk suntikan yang mudah diberikan melalui kulit bayi. Obat ini dapat mengendalikan gejala anafilaksis.

Jika alergi pada bayi tidak segera mendapat penanganan yang tepat, maka risiko yang parah seperti masalah pernapasan atau terbentuknya jaringan parut di kulit bisa terjadi. Oleh sebab itu, Anda harus selalu siap siaga dalam menjaga kesehatan bayi Anda.