Sistem endokrin di tubuh menghasilkan banyak hormon. Salah satu yang terkenal yaitu hormon oksitosin, yang juga dikenal sebagai hormon cinta. Kok bisa disebut sebagai hormon cinta?
Oksitosin adalah hormon dan neurotransmitter yang memiliki peran penting dalam reproduksi dan hubungan percintaan. Hormon ini dihasilkan oleh hipotalamus di otak. Setelah dihasilkan hipotalamus, oksitosin dipindahkan ke kelenjar hipofisis dan dilepaskan oleh kelenjar tersebut.
Bersama dopamin dan serotonin, oksitosin disebut juga sebagai hormon kebahagiaan. Hormon ini memang disebutkan berpengaruh terhadap emosi, berperan dalam hubungan percintaan, hubungan seks, hingga hubungan anak dan orangtua.
Oksitosin memiliki popularitas sebagai hormon cinta. Menurut studi, kadar hormon ini meningkat saat seseorang mulai merasakan kedekatan romantik dengan individu lain. Kadar tersebut terus bertahan setidaknya selama 6 bulan.
Tak sampai di situ, dalam sebuah studi yang dimuat dalam Current Opinion in Psychiatry, terapi oksitosin dipercaya memiliki efek dalam peningkatan kualitas hubungan percintaan. Beberapa kemungkinan hal-hal yang bisa meningkat dengan terapi tersebut, yaitu:
Oksitosin dikaitkan dengan rasa setia dalam hubungan romantis. Hormon ini berpengaruh dalam membuat pria lebih tertarik dengan pasangan wanitanya dan mengabaikan wanita lain.
Apabila Anda lebih sering menghabiskan waktu bersama pasangan, tubuh juga akan menghasilkan oksitosin lebih banyak. Dengan tingginya kadar hormon oksitosin, hasrat Anda terhadap pasangan juga lebih tinggi.
Oksitosin menjalankan sejumlah peran dan fungsi lain di untuk tubuh. Beberapa di antaranya, yaitu:
Tak hanya saat jatuh cinta, oksitosin juga berperan kala Anda dan pasangan memadu cinta. Oksitosin dilepaskan tubuh saat Anda berhubungan seks, serta berkontribusi dalam proses ereksi dan orgasme.
Oksitosin adalah salah satu senyawa kebahagiaan. Saat hormon ini dilepaskan di bagian tertentu di otak, oksitosin akan memengaruhi perilaku emosional, kognitif, dan sosial. Oksitosin juga dipercaya mengurangi respons stres dan rasa cemas. serta berpengaruh terhadap keseimbangan psikologis, kepercayaan, dan relaksasi.
Oksitosin memang dideskripsikan sebagai komponen penting dari sistem neurochemical, dan membuat tubuh bisa menyesuaikan diri pada situasi yang emosional.
Tak hanya persoalan percintaan, oksitosin juga berperan penting dalam kelahiran anak. Di awal-awal persalinan, oksitosin memberikan sinyal ke rahim untuk berkontraksi.
Selama proses persalinan berjalan, oksitosin membantu merangsang produksi hormon-hormon yang berkaitan dengan proses ini. Seusai persalinan, oksitosin juga akan membantu rahim untuk kembali ke ukuran normal.
Oksitosin dilepaskan saat sang bayi menempel pada payudara ibunya. Dirilisnya hormon tersebut akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan ASI untuk si Kecil.
Studi menemukan bahwa oksitosin berpengaruh dalam perjalanan ikatan batin antara ibu dan anak. Sang ibu akan menjalankan perilaku-perilaku untuk memberikan kasih sayang, seperti:
Anak yang menerima kasih sayang di atas juga mengalami peningkatan oksitosin, yang membuat mereka terus mencari sentuhan sang ibu. Hal ini juga memperkuat jalinan batin antara ibu dan anak.
Tak hanya dengan sang ibu, kadar oksitosin yang tinggi juga dipengaruhi oleh interaksi dan ikatan batin antara ayah dan si Kecil.
Pada beberapa kasus, oksitosin diinjeksikan ke tubuh sang ibu untuk memulai kontraksi rahim saat persalinan. Injeksi ini juga membantu mengurangi perdarahan seusai kelahiran sang bayi.
Tak sampai di situ, oksitosin juga diajukan sebagai penanganan yang potensial untuk fobia sosial dan autisme. Oksitosin pun berpotensi untuk menangani depresi pascapersalinan, walau riset terkait hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut.
Penggunaan oksitosin sebagai obat bukannya tanpa risiko dan efek samping. Terlalu banyak oksitosin akan berisiko merusak rahim.
Dalam kaitannya dalam hubungan, oksitosin dikaitkan dengan rasa cemburu dan ketidakjujuran. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek samping oksitosin ini.
Oksitosin memang memiliki sejumlah peran dan fungsi. Walau begitu, peran tersebut masih kompleks dan diperlukan studi lebih mendalam untuk memastikannya.