(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Dispepsia

Admin rsud | 01 Oktober 2019 | 2858 kali

Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (poor) dan -peptein (digestion) yang berarti gangguan pencernaan. Dengan kata lain, dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman yang biasa dirasakan di daerah perut bagian atas. Dispepsia bukanlah sebuah diagnosis, melainkan sebuah sindrom yang harus dikenali penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dapat dibedakan menjadi dua yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari, seperti penggunaan alkohol, obat kronis, atau bisa juga karena penyakit seperti GERD (gastroesophageal reflux disease), ulkus peptikum (tukak pada lambung), atau kanker. Pada dispepsia fungsional dirasakan nyeri, tetapi tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik maupun pada endoskopi.

Prevalensi dispepsia di Asia berkisar 8-30%. Dispepsia lebih sering terjadi pada wanita yang dikarenakan stress, perokok, dan mereka yang memakai obat anti-inflamasi non-steroid. Amerika Serikat memperkirakan biaya perawatan dispepsia sekitar 18 miliar US dollar per tahunnya. Dispepsia juga mengakibatkan sekitar 2-5% penduduk Amerika Serikat mengambil waktu cutinya.

 

Diagnosis dapat mengarah ke dispepsia jika terdapat satu atau lebih dari gejala berikut ini:

  • Cepat merasa kenyang. Anda belum makan banyak, tetapi Anda sudah merasa kenyang dan mungkin tidak dapat menyelesaikan makan.
  • Rasa tidak nyaman setelah makan. Rasa kenyang atau penuh berlangsung lebih lama dari seharusnya.
  • Nyeri pada perut atas atau ulu hati. Anda merasakan nyeri ringan hingga parah di daerah antara bagian bawah tulang dada Anda dan pusar Anda.
  • Rasa terbakar pada perut bagian atas. Anda merasakan rasa panas atau tidak nyaman di antara bagian bawah tulang dada dan pusar Anda.
  • Kembung di perut atas. Anda merasakan sesak yang tidak nyaman dikarenakan penumpukan gas.
  • Mual. Anda merasa seolah ingin muntah.
 

Seringkali, gangguan pencernaan berhubungan dengan gaya hidup yang dapat dipicu oleh makanan, minuman atau obat-obatan. Penyebab umum gangguan pencernaan meliputi:

  • Terlalu banyak minuman kafein, alkohol, cokelat, atau minuman bersoda
  • Merokok
  • Makan terlalu banyak atau terlalu cepat
  • Makanan berlemak, berminyak atau pedas
  • Kegelisahan, stres
  • Antibiotik tertentu
  • Penghilang rasa sakit
  • Suplemen zat besi

Penyebab lain yang dapat mengakibatkan dispepsia disebabkan oleh kondisi penyakit pencernaan lainnya, termasuk:

  • Peradangan lambung (gastritis)
  • Tukak (luka) lambung
  • Penyakit celiac (penyakit yang disebabkan oleh reaksi ketahanan tubuh yang berlebihan atau hipersensitivitas usus terhadap makanan yang mengandung gluten)
  • Batu empedu
  • Sembelit
  • Peradangan pankreas (pankreatitis)
  • Kanker lambung
  • Penyumbatan usus

Penyebab tersebut dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung (HCl) berlebih yang dapat mengiritasi dinding lambung. Hal ini mengakibatkan rangsangan di sumsum tulang dan mengakibatkan rasa tidak nyaman di perut atas hingga timbul mual, muntah, dan rasa nyeri.

 
  • Anamnesis atau Wawancara, Untuk menggali mengenai gejala dan tanda yang dirasakan serta membantu dokter dalam menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan mengarahkan diagnosis.
  • Pemeriksaan Laboratorium atau Tes Darah, Untuk memeriksa adanya anemia atau gangguan metabolik lain.
  • Urea Breath Test (Tes Napas), Untuk memeriksa adanya Helicobacter pylori (H. pylori) di lambung. Bakteri yang terkait dengan tukak lambung tersebut dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
  • Endoskopi, Untuk memeriksa adanya kelainan struktural dan mukosa (selaput lendir) lambung, seperti gastritis, tukak, maupun keganasan. Endoskopi dapat dilakukan bersamaan  dengan biopsi jaringan untuk melihat adanya bakteri H. pylori.
  • X-ray, dengan Kontras Barium Meal, Untuk melihat adanya kelainan seperti adanya massa (benjolan), terutama bila endoskopi tidak dapat masuk akibat penyempitan.
  • CT Scan, Untuk memeriksa adanya obstruksi usus atau masalah lain.
  • Ultrasonografi (USG), Untuk melihat adanya kelainan pada pankreas atau batu empedu, seperti penyakit batu empedu atau kolestitis (radang pada saluran empedu).
 Apabila didapatkan tanda-tanda bahaya dispepsia muncul pada usia lebih dari 55 tahun, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, rasa cepat kenyang, muntah, perdarahan, anemia, mata dan/atau kulit berwarna kuning, pembesaran kelenjar limfa, riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna atas, terdapat tukak lambung dan keganasan, sangat dianjurkan untuk melakukan tindakan endoskopi pada kerongkongan, lambung hingga usus dua belas jari (esofagogastroduodenoskopi).

Namun, bila tidak didapatkan kondisi di atas, terdapat dua tindakan yang dapat dilakukan:

  1. Test-and-treat untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi Helicobacter pylori dengan Urea Breath test. Jika positif, pengobatan H. pylori akan diberikan antibiotik.
  2. Pengobatan lainnya menggunakan:
  3. Proton-Pump Inhibitor (PPI) untuk 4-8 minggu. PPI dapat mengurangi produksi asam lambung Anda. PPI mungkin disarankan jika Anda mengalami sakit maag bersamaan dengan gangguan pencernaan.
  • Antagonis reseptor-H-2 (H2RAs), yang juga dapat menurunkan asam lambung.
  • Prokinetik, yang mungkin berguna jika perut Anda mengosongkan perlahan.
  • Obat antidepresan atau anti-kecemasan, yang dapat meredakan ketidaknyamanan dari gangguan pencernaan dengan menurunkan sensasi rasa sakit Anda.

Perubahan gaya hidup dapat membantu meringankan gangguan pencernaan. Dokter dapat merekomendasikan:

  • Menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu gangguan pencernaan, seperti makanan pedas, asam, tinggi lemak, kopi
  • Makan lima atau enam porsi kecil sehari, bukan tiga kali makan besar
  • Mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol dan kafein
  • Menghindari obat penghilang rasa sakit tertentu, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen sodium
  • Mengontrol stres dan kecemasan

Perawatan psikologis, termasuk modifikasi perilaku, teknik relaksasi, terapi perilaku kognitif dan hipnoterapi, atau akupunktur, dapat membantu untuk relaksasi dan mengatasi stres sehingga dapat menurunkan risiko dispepsia.