Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (poor) dan -peptein (digestion) yang berarti gangguan pencernaan. Dengan kata lain, dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman yang biasa dirasakan di daerah perut bagian atas. Dispepsia bukanlah sebuah diagnosis, melainkan sebuah sindrom yang harus dikenali penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dapat dibedakan menjadi dua yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari, seperti penggunaan alkohol, obat kronis, atau bisa juga karena penyakit seperti GERD (gastroesophageal reflux disease), ulkus peptikum (tukak pada lambung), atau kanker. Pada dispepsia fungsional dirasakan nyeri, tetapi tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik maupun pada endoskopi.
Prevalensi dispepsia di Asia berkisar 8-30%. Dispepsia lebih sering terjadi pada wanita yang dikarenakan stress, perokok, dan mereka yang memakai obat anti-inflamasi non-steroid. Amerika Serikat memperkirakan biaya perawatan dispepsia sekitar 18 miliar US dollar per tahunnya. Dispepsia juga mengakibatkan sekitar 2-5% penduduk Amerika Serikat mengambil waktu cutinya.
Diagnosis dapat mengarah ke dispepsia jika terdapat satu atau lebih dari gejala berikut ini:
Seringkali, gangguan pencernaan berhubungan dengan gaya hidup yang dapat dipicu oleh makanan, minuman atau obat-obatan. Penyebab umum gangguan pencernaan meliputi:
Penyebab lain yang dapat mengakibatkan dispepsia disebabkan oleh kondisi penyakit pencernaan lainnya, termasuk:
Penyebab tersebut dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung (HCl) berlebih yang dapat mengiritasi dinding lambung. Hal ini mengakibatkan rangsangan di sumsum tulang dan mengakibatkan rasa tidak nyaman di perut atas hingga timbul mual, muntah, dan rasa nyeri.
Namun, bila tidak didapatkan kondisi di atas, terdapat dua tindakan yang dapat dilakukan:
Perubahan gaya hidup dapat membantu meringankan gangguan pencernaan. Dokter dapat merekomendasikan:
Perawatan psikologis, termasuk modifikasi perilaku, teknik relaksasi, terapi perilaku kognitif dan hipnoterapi, atau akupunktur, dapat membantu untuk relaksasi dan mengatasi stres sehingga dapat menurunkan risiko dispepsia.