(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Deuteranopia

Admin rsud | 01 Oktober 2019 | 2227 kali

Buta warna tidak seperti persepsi kita yaitu hanya bisa melihat warna hitam putih saja. Ada tipe buta warna yang menghambat seseorang melihat warna tertentu, salah satunya adalah deuteranopia. 

Perlu diketahui bagaimana mata melihat warna. Mata berfungsi seperti kamera dengan lensa di bagian depannya yang berfungsi untuk memfokuskan objek ke bagian belakang mata. 

Bagian belakang mata ini disebut retina yang dipenuhi oleh sel-sel yang mengandung pigmen yang beraksi saat terkena cahaya. Sel-sel ini terbagi menjadi dua, sel kerucut dan sel batang. 

Sel kerucut adalah yang mengatur penglihatan warna pada mata manusia. Pada sel kerucut ini terdapat beberapa pigmen yang akan bereaksi terhadap cahaya gelombang pendek, gelombang sedang, dan gelombang tinggi. 

Sel batang hanya memiliki satu jenis pigmen dan tidak mengatur penglihatan warna, tapi sangat sensitif terhadap cahaya. Sel ini berguna saat melihat pada malam hari.

Pada manusia, beberapa gen dibutuhkan agar mata kita dapat melihat warna sebagaimana seharusnya, namun pada orang tertentu terjadi gangguan pada gen ini yang akhirnya menyebabkan buta warna. 

Terdapat tiga macam buta warna berdasarkan sel kerucut warna apa yang mengalami gangguan, yaitu: 

  • buta warna merah-hijau. Gangguan pada sel kerucut merah disebut protan, sedangkan ganggaun pada sel kerucut hijau disebut deutran. Jenis-jenisnya adalah protanomali, protanopia, deuteranomali, dan deuteranopia.
  • buta warna biru-kuning. Tipe ini lebih jarang terjadi dibandingkan tipe sebelumnya. Jenis-jenisnya adalah tritanomali dan tritanopia
  • buta warna total (hanya melihat warna hitam putih). Selain tidak dapat melihat warna, buta warna tipe ini juga mempengaruhi ketajaman penglihatan. Jenis-jenisnya adalah monokromasi sel kerucut dan monokromasi sel batang atau akromatopsia.

Buta warna merah-hijau adalah tipe buta warna yang paling sering terjadi dan deuteranopia adalah salah satu dari tipe buta warna merah-hijau ini. Deuteranopia lebih sering diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan.

 

Gejala buta warna termasuk deuteranopia sudah bisa dideteksi sejak usia anak-anak ketika anak sedang belajar warna.

Karena terdapat gangguan pada sel kerucut warna hijau, maka penderita buta warna akan melihat warna merah seperti warna kuning kecoklatan dan warna hijau menjadi warna krem.

Namun pada beberapa orang, buta warna dapat sama sekali tidak terdeteksi karena orang seringkali spontan mengaitkan warna tertentu dengan obyek yang spesifik, 

Misalnya mereka akan spontan menyebutkan rumput sebagai warna hijau, meskipun dalam penglihatan mereka rumput yang dilihat tidak terlalu hijau. 

Bahkan bila gejalanya sangat ringan, penderita buta warna bisa sama sekali tidak menyadari bahwa mereka tidak melihat warna sebagaimana mestinya.

 

Penderita deuteranopia mengalami gangguan pada fungsi sel kerucut berwarna hijau. Berdasarkan penyebabnya, deuteranopia dibagi menjadi deuteranopia bawaan (diturunkan secara genetik) dan deuteranopia akuisita (yang didapat). 

Penyebab utama deuteranopia adalah karena faktor keturunan atau genetik yang menyebabkan sel kerucut ini tidak berfungsi dengan baik. 

Sedangkan deuteranopia akuisita disebabkan oleh:

  • Cedera fisik pada mata
  • Kerusakan pada saraf penglihatan
  • Kerusakan pada bagian otak yang memproses persepsi warna
  • Katarak 
  • Penuaan
  • Obat-obatan tertentu misalnya obat anti-psikotik seperti  klorpromazin dan thoridazine dan antibiotik seperti etambutol yang biasanya diberikan pada penderita TBC
  • Paparan terhadap zat kimia syrene yang merupakan bahan baku beberapa jenis plastik. 

Tidak seperti deuteranopia bawaan, deuteranopia yang didapat biasanya mengalami gangguan persepsi warna yang tidak sama antara mata kiri dengan kanan.

Selain itu gangguan persepsi warna penderita deuteranopia yang didapat bisa berubah (membaik atau memburuk) seiring dengan kondisi penyakit dasarnya.

 

Dokter mata akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis buta warna, termasuk deuteranopia. 

Salah satu jenis pemeriksaan yang sering dokter lakukan untuk mendeteksi buta warna adalah menggunakan gambar khusus yang dinamakan “pseudoisochromatic plates.”

Gambar ini terdiri dari bintik-bintik kecil banyak yang di dalamnya seharusnya seseorang bisa melihat angka atau simbol tertentu karena pola warna tertentu yang dilihatnya. 

Namun penderita buta warna tidak mampu melihat angka atau simbol tersebut dan atau melihat namun angka atau simblonya berbeda dari yang orang dengan penglihatan normal lihat.

 

Sampai sekarang, deuteranopia yang penyebabnya karena faktor keturunan tidak dapat diobati, namun dokter dapat meresepkan kacamata atau lensa kontak khusus yang dapat membantu penderitanya membedakan warna. 

Pada penderita deuteranopia akuisita, mengobati penyebabnya dasarnya dapat memperbaiki fungsi mata dalam membedakan warna. 

Ketika bekerja dengan komputer, ada software aplikasi khusus untuk penderita buta warna sehingga dapat mengubah warna di layar komputer menjadi warna yang bisa dilihat penderita buta warna. 

Walaupun belum luas dicoba pada manusia, sudah ada penelitian mengenai efek terapi gen untuk mengobati buta warna. Penelitian-penelitian ini menunjukkan hasil yang menjanjikan pada binatang.

Peneliti menarik kesimpulan hal ini juga dapat diterapkan pada manusia. Oleh sebab itu sekarang ini sedang berjalan penelitian terapi gen menggunakan growth factor pada manusia.