(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Darah dalam Urine

Admin rsud | 01 Oktober 2019 | 6580 kali

Darah yang terdapat dalam urine dinamakan hematuria. Terdapatnya darah dalam urine biasanya bukan karena gangguan serius. Meski demikian, kondisi ini bisa saja menandakan masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh sebab itu, segera periksakan diri ke dokter jika terdapat darah dalam urine walaupun hanya sekali. Sehingga, dokter dapat menentukan penyebabnya dan memberi penanganan sedini mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi, atau penyakit yang lebih serius di kemudian hari. Pengobatan dari hematuria dilakukan berdasarkan penyebabnya.

 

Ada dua tipe dari hematuria:

  • Gross Hematuria, yaitu darah pada urine yang menyebabkan urine berubah warna menjadi pink (merah muda), merah, atau cokelat kehitaman. Kondisi ini dapat dilihat dengan mata telanjang.
  • Microscopic Hematuria (hematuria mikroskopik), yaitu darah pada urine yang hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan laboratorium atau mikroskop, karena jumlahnya sangat sedikit.

Pendarahan yang menyebabkan urine berwarna merah biasanya tidak sakit. Namun, buang air kecil yang disertai darah yang beku biasanya akan menyebabkan rasa sakit. Pada banyak kasus, urine yang berdarah ini tidak menimbulkan tanda maupun gejala.

 

Hematuria biasanya terjadi akibat kebocoran ginjal atau bagian dari saluran kemih. Berikut ini berbagai kondisi kesehatan yang biasa menyebabkan kebocoran:

  • Infeksi akibat bakteri, seperti Infeksi ginjal (pyelonefritis) dan infeksi saluran kemih.
  • Batu kandung kemih atau ginjal yang terjadi ketika mineral di dalam urine yang pekat membentuk kristal pada dinding dari ginjal atau kandung kemih. Lama-kelamaan, kristal ini akan menjadi batu kecil yang keras dalam kandung kemih atau ginjal. Kondisi ini hanya akan menimbulkan gejala jika terjadi sumbatan, ketika batu tersebut hendak dikeluarkan melalui buang air kecil. Batu ginjal dapat menyebabkan rasa sakit yang parah. Batu ginjal maupun batu kandung kemih dapat menyebabkan gross dan microscopic hematuria (kencing berdarah).
  • Kelenjar prostat yang membesar pada pria, sehingga menghalangi aliran urine karena pembesaran prostat tersebut menekan saluran kemih (uretra). Pembesaran kelenjar prostat (Benign Prostate Hypertrophy/BPH ) mempunyai gejala seperti sulit buang air kecil, keinginan yang mendesak atau merasa selalu ingin buang air kecil, dan adanya darah dalam urine. Infeksi pada prostat juga mempunyai tanda dan gejala yang serupa.
  • Penyakit ginjal seperti glomerulonefritis. Gejala umum pada glomerulonefritis ini merupakan penyakit peradangan pada glomerulus yang salah satu fungsinya adalah sebagai penyaring. Glomerulonefritis dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes, atau dapat terjadi dengan sendirinya.
  • Kanker ginjal, kanker kandung kemih, dan kanker prostat stadium lanjut.
  • Cedera ginjal yang terjadi karena adanya pukulan atau cedera saat kecelakaan maupun olahraga.
  • Penyakit yang diturunkan, seperti anemia sel sabit (sickle cell anemia) dapat menyebabkan gross dan microscopic (darah pada urine).
  • Obat-obatan seperti obat antikanker (cyclophosphamide), antibiotik seperti penicillin, aspirin, heparin dan warfarin (pengencer darah).
  • Latihan olahraga yang berat jarang menyebabkan terjadinya kencing berdarah. Namun, trauma pada kandung kemih, dehidrasi, atau pemecahan sel darah merah akibat latihan aerobic yang berkepanjangan bisa menjadi pemicu. Biasanya pendarahan pada urine paling sering terjadi pada pelari, walaupun siapa saja dapat mengalami gross hematuria setelah olahraga yang intens. Jika ditemukan darah pada urine setelah berolahraga, segera periksakan diri ke dokter.

Faktor Risiko

Hampir semua orang, termasuk anak-anak dan remaja, dapat mengalami hematuria. Faktor yang menyebabkan risiko meningkat adalah:

  • Usia:
    Laki-laki yang berusia di atas 50 tahun dapat mengalami kencing darah yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat.
  • Infeksi yang baru terjadi:
    Radang pada ginjal yang terjadi setelah infeksi virus ataupun bakteri, merupakan salah satu penyebab utama terjadinya pendarahan pada ginjal yang dapat dilihat pada anak-anak.
  • Riwayat keluarga:
    Jika mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit ginjal atau batu ginjal, maka Anda akan lebih rentan terhadap kencing darah.
  • Obat-obatan tertentu.
    Aspirin, antiradang nonsteroid, dan antibiotik seperti penisilin dikenal dapat meningkatkan risiko terjadinya hematuria.
  • Olahraga berat:
    Pelari jarak jauh sangat rentan terhadap hematuria yang disebabkan oleh olahraga. Kondisi ini kadang disebut sebagai jogger’s hematuria. Namun siapapun yang melakukan olahraga berat dapat mengalami gejala kencing darah.
 

Dokter biasanya akan mendiagnosis penyakit melalui pertanyaan-pertanyaan seputar gejala atau beberapa hal yang biasa dikerjakan sehari-hari. Dokter akan menanyakan jumlah darah yang terlihat dan waktu terjadinya kencing berdarah. Selain itu, Dokter akan menanyakan tentang intensitas buang air kecil, sakit yang dirasakan, serta adanya bekuan darah, maupun obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengambil sampel urine untuk diperiksa di laboratorium (urinalisis). Tujuannya, untuk mengetahui kemungkinan adanya darah dalam urine, mendeteksi bakteri yang menyebabkan infeksi, dan mencari adanya kristal, yang bisa menyebabkan batu ginjal.

Dokter juga biasanya akan melakukan tes pencitraan seperti CT scan atau MRI untuk membantu mencari penyebab kencing berdarah, serta tes lain seperti sistoskopi untuk memeriksa kandung kemih dan uretra untuk menemukan penyebab kencing darah, seperti tanda-tanda infeksi.

Terkadang, penyebab dari hematuria tidak dapat ditemukan. Dalam kasus seperti ini, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, terutama jika pasien mempunyai faktor risiko untuk menderita kanker kandung kemih seperti merokok, paparan terhadap toksin atau pernah menjalani terapi radiasi.

 

Untuk mengobati hematuria, dokter biasanya melakukan pengobatan berdasarkan penyebabnya. Pasien dengan infeksi saluran kemih akan mendapatkan antibiotik. Selain itu, dokter bisa memberikan obat-obatan untuk mengecilkan pembesaran prostat, dan terapi gelombang kejut (ESWL). Tujuannya, untuk memecah batu pada ginjal atau kandung kemih. 

 

Hematuria biasanya mempunyai penyebab yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tindakan pencegahan penting untuk dilakukan, melalui langkah-langkah berikut ini:

  • Minum air yang banyak setiap harinya, buang air kecil segera setelah berhubungan seksual dan menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi.
  • Menghindari garam yang berlebih, dan mengonsumsi makanan tertentu seperti bayam untuk mencegah terjadinya batu ginjal atau batu kandung kemih.
  • Berhenti merokok, membatasi paparan bahan kimia, minum air yang banyak, untuk mencegah kanker kandung kemih.
 

Beberapa kasus darah pada urine disebabkan oleh kondisi kesehatan yang serius. Jangan abaikan jika terdapat darah pada urine Anda, walaupun baru pertama kali terjadi. Segera periksakan diri ke dokter. Berkonsultasilah ke dokter jika Anda mengalami buang air kecil yang sering, sulit, atau menyakitkan, sakit pada perut dan sakit pada ginjal walaupun tidak ada darah dalam urine.

Kondisi-kondisi tersebut dapat menyebabkan hematuria mikroskopik. Segera cari bantuan darurat ketika tidak bisa buang air kecil, terdapat bekuan darah dalam urine ketika buang air kecil, atau darah dalam urine yang disertai dengan satu atau beberapa gejala seperti mual, muntah, demam, menggigil, dan sakit pada kedua sisi tubuh, punggung belakang atau pada perut.