Ciuman menularkan HIV masih menjadi perdebatan yang paling populer. Penularan HIV dapat terjadi jika aktivitas berciuman menimbulkan luka pada area bibir atau rongga mulut sehingga mengakibatkan adanya pembuluh darah yang terbuka.
Selain itu, aktivitas yang paling umum menularkan HIV adalah hubungan seksual dengan penderita HIV dan penggunaan jarum suntik bersama-sama.
Lebih jauh lagi, cairan memang bisa menjadi media penularan HIV. Namun hanya cairan berupa darah, air mani, cairan vagina, urine, tinja, dan ASI. Bahkan untuk bisa menular, cairan-cairan tersebut harus bersentuhan langsung dengan membran mukosa atau jaringan yang terbuka.
Membran mukosa bisa ditemukan di dalam rektum, vagina, penis, dan mulut. Sementara untuk penularan dengan media jarum suntik, hanya bisa terjadi apabila dilakukan injeksi ke aliran darah.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. Memang benar HIV menular, namun hanya lewat aktivitas seksual, penggunaan jarum suntik bersamaan, atau luka tertentu yang mengeluarkan darah.
Penularan HIV melalui air liur tidak bisa terjadi. Artinya, tidak ada risiko tertular HIV lewat sentuhan sosial biasa seperti ciuman dengan mulut tertutup, bersalaman, minum dari gelas yang sama, ataupun berpelukan. Dalam aktivitas-aktivitas seperti itu, tidak ada kontak cairan tubuh yang terjadi.
Penularan HIV paling umum terjadi dengan cara:
Berhubungan seksual dengan penderita HIV tanpa menggunakan kondom adalah aktivitas yang dapat menularkan HIV. Anal seks adalah perilaku seksual yang paling berisiko tinggi. Cairan tubuh yang tertukar saat berhubungan seksual bisa menularkan HIV.
Menggunakan jarum suntik dan peralatan lain untuk proses injeksi bersama dengan penderita HIV berisiko menularkan virus tersebut. HIV bisa hidup di dalam jarum suntik hingga 42 hari, bergantung pada temperatur dan faktor lainnya.
Kedua aktivitas tersebut adalah aktivitas yang paling berisiko tinggi menularkan HIV. Ada pula penularan HIV yang lebih jarang terjadi, seperti:
Berbeda dengan ciuman mulut tertutup, ciuman menularkan HIV bisa terjadi apabila dilakukan dengan mulut terbuka (open-mouth kissing). Tentunya, penularan hanya bisa terjadi apabila kedua individu memiliki sariawan atau gusi berdarah serta salah satunya menderita HIV. Penularan terjadi lewat darah, bukan air liur.
Penularan HIV bisa juga terjadi dari ibu ke anak pada saat kehamilan, persalinan, dan menyusui. Risiko ini akan semakin tinggi apabila sang ibu menderita HIV dan tidak menjalani pengobatan. Itulah pentingnya tes HIV untuk ibu hamil.
Para pekerja medis juga punya risiko tertular HIV apabila tidak sengaja tertusuk jarum suntik yang mengandung virus HIV.
Meski lebih jarang, seks oral juga bisa menjadi media penularan HIV. Secara teori, penularan bisa terjadi apabila seorang pria yang menderita HIV melakukan ejakulasi di mulut pasangan saat sedang melakukan seks oral.
Menerima transfusi darah atau bahkan transplantasi organ dari penderita HIV juga bisa menularkan HIV. Namun risikonya sangat kecil karena tentu sudah ada tes terhadap darah sebelum darah didonorkan.
Penularan juga bisa terjadi apabila seseorang mengonsumsi makanan yang sebelumnya sudah dikunyah oleh penderita HIV. Biasanya, catatan penularan HIV dengan cara seperti ini terjadi pada anak-anak. Namun, hal ini sangat jarang terjadi.
Mengalami kontak langsung dengan luka terbuka atau membran mukosa dengan penderita HIV juga bisa menyebabkan penularan HIV. Terlebih, apabila luka tersebut mengandung darah penderita yang telah terkontaminasi.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa ciuman menularkan HIV atau penularan HIVhttps://www.sehatq.com/penyakit/hiv-dan-aids melalui air liur masih mungkin terjadi. Berciuman bisa menularkan HIV apabila ada luka terbuka seperti sariawan atau gusi berdarah. Darah inilah yang bisa menjadi media penularan HIV antara penderita dan orang lain.
HIV tidak akan bertahan lama di luar tubuh manusia dan tidak pula berkembang biak di luar tubuh manusia. Miskonsepsi yang banyak beredar bahwa berinteraksi sosial biasa dengan penderita HIV dapat menularkan virus tersebut, tentu salah besar.
Dunia medis tak berhenti mencari inovasi untuk mengobati HIV. Selama proses ini terjadi, yang bisa kita lakukan adalah tetap membuka tangan selebar-lebarnya kepada penderita HIV karena miskonsepsi yang selama ini berkembang sudah terlalu menyudutkan mereka.