Beberapa penyakit primata sangat mungkin menular ke manusia. Karena manusia pun termasuk spesies primata.
Beberapa hari terakhir, publik digegerkan oleh penyebaran virus Monkeypox atau dikenal dengan cacar monyet yang ditemukan di Singapura. Kisahnya bermula pada Rabu (8/5), ketika seorang pria berkewarganegaraan Nigeria dinyatakan positif mengidap cacar monyet. Pria tersebut langsung dibawa ke ruang isolasi di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular dan keadaannya dikabarkan dalam kondisi stabil. Sedangkan 22 dari 23 orang yang teridentifikasi melakukan kontak dengan pria Nigeria tersebut langsung dikarantina sebagai tindakan pencegahan penularan yang lebih luas. Gejala cacar monyet sama dengan cacar lainnya. Penderita mengalami ruam pada kulit, demam, dan gangguan pernafasan. Yang membuat penyakit itu berbahaya adalah ketika sudah berada di tahap radang pernafasan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kasus kematian akibat cacar air antara satu sampai 10 persen dan sebagian besar terjadi pada kelompok usia dini. Hingga saat ini tidak ada perawatan khusus atau vaksin yang tersedia untuk infeksi cacar monyet. Sesuai dengan namanya virus cacar monyet pertama kali ditemukan pada kawanan monyet yang berada di sebuah laboraturium Statens Seruminstitut, Denmark, 1958. ID Ladnyj dkk dalam "A human infection caused by monkeypox virus in Basankusu Territory, Democratic Republic of the Congo" (1972, PDF) menjelaskan, spesies yang terinfeksi Monkeypox itu adalah monyet cynomolgus atau akrab disebut monyet kra yang lazim dijumpai di Asia Tenggara. Laboratorium Statens Seruminstitut sendiri mendapat monyet kra itu dari Singapura. Pada 1 September 1970, seorang bayi berusia 9 bulan yang diduga menderita cacar dilarikan di Rumah Sakit Basankusu, Provinsi Equatorial, Republik Demokratik Kongo. Spesimen kemudian dikirim ke WHO Smallpox Reference Center, Moskow, Rusia, dan diketahui virus yang mengidap bayi tersebut identik dengan virus cacar monyet. Bayi itu menjadi manusia pertama yang diketahui terinfeksi virus cacar monyet. Equatorial memang dikenal sebagai wilayah yang memiliki populasi monyet yang banyak. Ada puluhan jenis monyet yang dapat ditemui dan berkeliaran bebas. Masyarakat di sana kerap memburu kawanan monyet ini untuk disantap. Kontak antara monyet dan manusia praktis menjadi pemandangan biasa. Dari penelitian ID Ladnyj dkk, mereka mendapati pengakuan warga bahwa orang yang sakit keras kadang dikarantina di hutan dan dijauhkan dari orang-orang yang sehat. Lalu jika penderita cacar meninggal, kadang kawanan monyet mendekati dan berkontak fisik dengan mayat tersebut. Laporan warga setempat lainnya juga menyebut selama wabah cacar yang terjadi pada 1968, ada seekor monyet yang terbunuh dengan kondisi tubuh penuh ruam cacar. Juga terdapat laporan seekor monyet dengan ruam di tubuh mati dibunuh pada 1969. Sejak 1970, telah ada laporan tentang manusia yang terinfeksi cacar monyet di 10 negara Afrika seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan. Dunia medis mengenal penyakit yang ditularkan dari hewan ke spesies manusia (Homo sapiens) sebagai zoonosis. Armando G. Burgos-Rodriguez dalam "Zoonotic Diseases of Primates" (2011) menjelaskan, menurut literatur, dari 1.407 patogen manusia yang teridentifikasi, 58 persennya adalah zoonosis. Menurut Rodriguez, beberapa penyakit primata sangat mungkin menular ke manusia selain karena faktor kedekatan kekerabatan, juga karena spesies primata liar di beberapa negara memiliki interaksi yang cukup dekat dengan manusia. Kontak fisik dengan primata yang sakit seperti melalui gigitan, goresan hingga tak sengaja berkontak dengan cairan tubuh primata sangat mungkin membuat manusia terpapar patogen zoonosis.
Dalam kajian zoologi, spesies manusia adalah bagian dari keluarga primata yang terdiri dari lemur, kukang, tarsius, monyet, kera, dan manusia. Dalam turunannya, ordo primata adalah ordo mamalia yang paling beragam ketiga (terdiri lebih dari 300 spesies) setelah hewan pengerat dan kelelawar. Penelitian genetik dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa manusia dan semua primata hidup dan berevolusi dari nenek moyang yang sama yang terpisah dari mamalia lainnya sekitar 65 juta tahun yang lalu. Dari HIV hingga Herpes B Dari sederet penyakit primata yang menular ke manusia, HIV adalah penyakit ganas yang mengubah perjalanan kesehatan umat manusia. Para ilmuwan mengidentifikasi beberapa simpanse di Afrika Tengah sebagai sumber infeksi HIV yang menjangkiti manusia. Beberapa simpanse membawa simian immunodeficiency virus (SIV) yang kemungkinan besar ditularkan ke manusia dan bermutasi menjadi human immunodeficiency virus (HIV). Perburuan simpanse untuk diambil dagingnya atau kontak manusia dengan darah simpanse yang terinveksi SIV diduga kuat menjadi jembatan pertama berpindahnya virus ke tubuh manusia. HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel T, salah satu bagian sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan ketika tubuh mendapat serangan kuman patogen. Jika sel T rusak, tubuh tidak mampu mengenali virus dan bakteri yang masuk. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan penyakit AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome).
Asal mula wabah HIV diyakini terjadi pada 1920-an di Kinshasa yang kini jadi ibukota Republik Demokratik Kongo. Prostitusi, ledakan pertumbuhan populasi, dan penggunaan jarum suntik yang tak steril di klinik kesehatan menjadi faktor pendorong penularan massal HIV/AIDS. Mobilitas penduduk yang masif melalui kereta api makin mempercepat penyebaran HIV/AIDS ke luar Kongo. Menurut WHO, pada 1980-an sebelum HIV diidentifikasi sebagai penyebab AIDS, penyakit ini dianggap hanya memengaruhi kelompok tertentu, seperti lelaki gay di negara maju dan pemakai narkoba lewat jarum suntik. Baru beberapa tahun kemudian disadari bahwa HIV/AIDS dapat menjangkiti semua orang dan penyebarannya bisa melalui kontak dengan cairan sperma, cairan vagina, hingga ASI. Sejak HIV/AIDS makin populer dan pengobatannya belum ditemukan, penggunaan kondom dipandang menjadi langkah ampuh untuk mencegah penyebaran HIV ketika berhubungan seksual selain sebagai alat kontrasepsi belaka. Namun, sosialisasi penggunaan kondom juga kerap ditentang kelompok konservatif.
Data dari Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) tahun 2017 mencatat, 36,9 juta orang di seluruh dunia termasuk anak-anak hidup dengan HIV di tubuh mereka dan 25 persen dari mereka tidak mengetahuinya. Jika ditotal sejak epidemi HIV mencuat, ada sekitar 77,3 juta orang terinfeksi HIV dan 35,4 juta orang meninggal karena penyakit terkait AIDS. Selain cacar monyet dan HIV, beberapa penyakit populer lainnya yang ditularkan dari primata ke manusia adalah Herpes B, demam Zika, dan demam kuning. Herpes B disebabkan oleh infeksi virus B pada manusia. Virus ini berasal dari monyet jenis makaka. Pada monyet makaka virus B ini hanya menyebabkan penyakit ringan. Namun pada primata lainnya seperti simpanse, monyet capuchin, dan manusia, virus B dapat menyebabkan kematian. Pada manusia, virus ini menyebabkan kerusakan otak parah. Gejala awal baru terasa satu tiga hari hingga satu bulan setelah terakhir kali berkontak dengan monyet yang terinfeksi virus B. Tubuh biasanya merasakan demam dan menggigil, sakit otot, kelelahan, sakit kepala, dan terdapat lepuhan di bagian tubuh yang berkontak dengan monyet. Infeksi virus B pada manusia bisa dibilang jarang terjadi. Sejak teridentifikasi pada 1932, hanya 50 orang yang tercatat terinfeksi virus B dan 21 di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar terinfeksi setelah digigit, dicakar, atau terekspos cairan dari luka monyet. Virus Zika pertama kali ditemukan pada 1947 di tubuh monyet yang mengalami demam saat para ilmuwan sedang mempelajari penyakit demam kuning di hutan Zika, Uganda. Virus kemudian menyebar ke manusia melalui perantara gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus Zika pertama kali teridentifikasi di tubuh manusia pada 1952 di Uganda dan Tanzania. Selain manusia, primata yang dapat sakit karena virus Zika adalah simpanse dan monyet.
Virus Zika yang menginfeksi ibu hamil dapat memengaruhi janin dan menyebabkan kecacatan tertentu pada bayi ketika dilahirkan. Sejauh ini, belum ada vaksin atau obat yang ditemukan untuk membasmi virus Zika. Begitu pula dengan virus kuning penyebab penyakit demam kuning pada manusia. Sama dengan virus Zika, kawanan monyet di hutan Amerika Selatan dan Afrika yang mengidap penyakit demam kuning digigit nyamuk. Nyamuk-nyamuk inilah menyebarkan virus kuning ke spesies primata lainnya, termasuk manusia.
by : Tony Firman (tirto.id - Kesehatan)