(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Bronkiolitis

Admin rsud | 01 Oktober 2019 | 1771 kali

Bronkiolitis adalah infeksi pada paru-paru yang biasa dialami pada bayi dan anak-anak. Bronkiolitis menyebabkan peradangan dan tersumbatnya saluran pernapasan kecil (bronkiolus) pada paru-paru. Bronkiolitis hampir selalu disebabkan oleh virus.

Bronkiolitis menunjukkan gejala yang sama dengan pilek tapi kemudian timbul batuk, napas yang berbunyi, dan terkadang kesulitan bernapas. Gejala bronkiolitis dapat berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan bahkan sampai sebulan. Kebanyakan anak-anak sembuh setelah melakukan perawatan dirumah, dan hanya sedikit yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.   

 

Banyak anak kecil yang menderita bronkiolitis memiliki gejala yang ringan dan akan sembuh dalam waktu 2 sampai 3 minggu, tetapi sangat penting untuk mencari tahu tanda atau gejala yang lebih serius seperti kesulitan bernapas. Gejala bronkiolitis akan muncul beberapa hari setelah terinfeksi. Gejala awal yang muncul biasanya sama dengan saat terserang pilek, seperti hidung tersumbat atau hidung berair, batuk dan demam. Gejala tersebut akan memburuk dalam beberapa hari kedepan sebelum akhirnya membaik. Saat terkena bronkiolitis, anak akan mempunyai gejala seperti:

  • Serak dan batuk tidak berdahak (batuk kering)
  • Bernapas cepat atau bernapas disertai bunyi
  • Kesulitan bernapas
  • Tidak nafsu makan dan demam
  • Muntah setelah makan
  • Merasa tidak nyaman

Kebanyakan kasus bronkiolitis tidak serius tetapi gejala dapat mengkhawatirkan. Gejala biasanya memburuk antara hari 3 sampai ke 5, dan batuk akan membaik dalam 3 minggu.

 

Bronkiolitis terjadi ketika virus menginfeksi bronkiolus, yang merupakan saluran pernapasan kecil pada paru-paru. Infeksi tersebut membuat bronkiolus membengkak dan meradang. Terdapat lendir pada saluran ini yang menyebabkan udara sulit masuk dan keluar paru-paru. Banyak kasus bronkiolitis disebabkan karena RSV (Respiratory Syncytial Virus) yang menyebabkan manusia sulit bernapas. Virus ini merupakan virus yang umum menginfeksi anak-anak pada umur 2 tahun.

Bronkiolitis dapat disebabkan oleh virus lain, termasuk virus yang menyebabkan flu atau pilek. Virus penyebab bronkiolitis mudah menyebar. Seseorang dapat terpapar virus melalui udara yang telah terkontaminasi. Ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, virus menyebar ke udara. Seseorang juga akan terkena virus apabila menggunakan barang yang telah terpapar virus seperti peralatan makan, handuk, mainan dan kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut.

Faktor berisiko

Bayi yang kurang dari 3 bulan memiliki risiko paling tinggi terkena bronkiolitis karena paru-paru dan sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Faktor lain yang juga berkaitan dengan risiko terkena bronkiolitis pada bayi adalah:

  • Lahir prematur (lebih awal dari yang seharusnya)
  • Kondisi jantung atau paru-paru yang perlu diperhatikan
  • Sistem kekebalan tubuh yang menurun
  • Terkena asap tembakau
  • Tidak pernah minum ASI. Melalui ASI, bayi akan menerima sistem kekebalan tubuh dari sang ibu
  • Melakukan kontak dengan banyak anak-anak
  • Tinggal di lingkungan yang padat
  • Memiliki saudara yang sudah bersekolah atau pergi ke tempat bermain anak dan membawa virus

Komplikasi

  • Bibir atau kulit berwarna biru (sinosis). Sinosis disebabkan kekurangan oksigen
  • Berhenti bernapas atau yang disebut apnea. Apnea lebih sering terjadi pada bayi yang terlahir prematur dan bayi yang baru 2 bulan
  • Dehidrasi
  • Kekurangan oksigen dan kegagalan respirasi

Jika gejala ini terjadi, bayi atau anak-anak yang terinfeksi akan membutuhkan perawatan rumah sakit. Kegagalan respirasi membutuhkan pipa yang dimasukan ke dalam trakea untuk membantu anak bernapas sampai infeksinya sembuh.  Jika bayi dilahirkan prematur dan memiliki kondisi hati atau paru-paru yang harus diperhatikan, atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, perhatikan dengan seksama tanda-tanda bronkiolitis. Infeksi bisa menjadi parah dalam waktu singkat. Dalam hal ini, anak yang terinfeksi butuh perawatan rumah sakit.

 

Tes dan X-ray biasanya tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis bronkiolitis. Dokter biasanya dapat mengidentifikasi masalah dengan melihat anak dan mendengarkan paru-parunya dengan stetoskop saat bernapas. Namun dapat membutuhkan 1 atau 2 kunjungan untuk mengetahui kondisi dari pilek atau flu. Jika anak memiliki risiko bronkiolitis, atau jika gejala memburuk dan memiliki masalah lain yang mencurigakan, dokter akan menjalankan tes sebagai berikut:

  • X-ray dada. Dokter akan meminta x-ray dada untuk mencari tanda pneumonia
  • Tes virus. Dokter akan mengumpulkan lendir untuk mengetes virus yang menyebabkan bronkiolitis
  • Tes darah. Tes darah dapat digunakan untuk mengecek sel darah putih pada anak. Kenaikan sel darah putih di dalam sel biasanya menunjukkan tubuh sedang melawan infeksi
 

Jika anak yang terinfeksi bronkiolitis dirawat di rumah, pastikan bahwa orang terdekat melakukan pemeriksaan setiap saat, termasuk saat malam hari. Tidak ada obat yang dapat membunuh virus bronkiolitis, tetapi obat dapat membantu meringankan gejala dan membuat penderita merasa lebih nyaman. Untuk menghindari penyebaran infeksi ke anak lain, rawatlah penderita bronkiolitis di rumah sampai gejalanya membaik:

  • Pastikan anak yang terkena bronkiolitis duduk tegak. Dengan menjaga mereka untuk tetap duduk tegak dapat membantu mereka dalam bernapas dan akan membantu saat mereka makan. Jika penderita tidur dengan posisi yang tegak, pastikan kepala mereka tidak jatuh ke depan.
  • Minum banyak cairan. Jika bayi atau balita masih minum ASI atau susu dari botol, pastikan bahwa mereka selalu minum agar tidak kekurangan cairan. Air atau jus buah dapat membantu mereka sehingga tidak dehidrasi.
  • Pastikan udara lembap. Jika memiliki pelembap udara, gunakan pelembap tersebut agar udara menjadi lebih lembap dan membantu meringankan hidung yang tersumbat dan Jika melakukan perawatan di rumah dan menggunakan AC kamar, pastikan bahwa suhu tidak terlalu dingin dan udara tidak terlalu kering.
  • Lingkungan yang bebas rokok. Menghirup asap rokok atau tembakau akan memperburuk gejala bronkiolitis. Hindari merokok di dekat anak-anak. Terpapar asap rokok dapat berefek pada saluran pernapasan anak dan membuat daya tahan mereka terhadap infeksi menurun.

Menghilangkan demam. Jika anak memiliki suhu tubuh yang tinggi dan membuat mereka tidak nyaman, coba gunakan parasetamol atau ibuprofen, tergantung pada usia mereka. Bayi dan anak-anak dapat diberikan parasetamol untuk mengobati sakit atau demam jika mereka berusia 2 bulan. Ibuprofen dapat diberikan pada bayi berumur 3 bulan atau yang memiliki berat setidaknya 5 kg. Jangan berikan aspirin pada anak dibawah umur 16 tahun.  Sebaiknya tidak menggunakan kain dingin atau melepaskan baju mereka untuk menghilangkan demam.

 

Virus yang menyebabkan bronkiolitis menyebar dari satu orang ke orang lain, sehingga cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus adalah dengan sering mencuci tangan, terutama ketika akan menyentuh bayi. Sangat disarankan penderita bronkiolitis untuk menggunakan masker. Jika anak terkena bronkiolitis, rawat mereka di rumah sampai membaik sehingga tidak menyebarkan virus ke anak lain. Selain itu beberapa pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:

  • Usahakan untuk tidak melakukan kontak dengan orang yang sedang demam atau pilek. Untuk bayi dan bayi yang lahir prematur sangat disarankan untuk menghindari eksposur dengan orang yang pilek terutama saat berusia 1-2 bulan.
  • Bersihkan dan basmi kuman di permukaan. Bersihkan benda-benda yang sering disentuh seperti mainan dan pegangan pintu. Hal ini penting dilakukan jika ada anggota keluarga yang sedang sakit.
  • Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin. Tutupi mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin. Kemudian buang tisu yang sudah dipakai tersebut dan cuci tangan atau gunakan pembersih tangan yang mengandung alkohol.
  • Gunakan gelas minum sendiri. Jangan gunakan gelas bersamaan terutama jika ada anggota keluarga yang sakit.
  • Sering mencuci tangan. Cucilah tangan sesering mungkin dan siapkan pembersih tangan yang mengandung alkohol saat bepergian.
  • Infeksi pernapasan jarang terjadi pada bayi yang meminum ASI.

Vaksinasi dan pengobatan

Tidak ada vaksinasi untuk mencegah bronkiolitis. Tetapi disarankan untuk melakukan vaksinasi terhadap virus yang menyebabkan influenza/flu terutama pada bayi diatas 6 bulan. Bayi memiliki risiko tinggi terkena infeksi RSV, terutama pada bayi prematur atau dengan kondisi jantung dan paru paru yang memerlukan perhatian atau dengan kekebalan tubuh yang lemah, sangat disarankan untuk diberikan golongan palivizumab (tidak ada di Indonesia) untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap RSV (Respiratory Syncytial Virus). 

 

Jika sangat sulit untuk memberi makan atau minum dan napasnya menjadi cepat, hubungi dokter. Hal ini penting terutama pada anak lebih muda dari 12 minggu atau memiliki faktor risiko terhadap bronkiolitis, termasuk lahir prematur atau memiliki masalah jantung atau paru-paru. Temui dokter jika:

  • Muntah
  • Napas yang berbunyi
  • Napas sangat cepat
  • Saat bernapas, tulang rusuk terlihat tersedot ke dalam
  • Penampilan lesu
  • Menolak untuk minum yang cukup, atau bernapas sangat cepat saat makan atau minum
  • Kulit berubah warna menjadi biru terutama pada mulut dan kuku