Sebagai orangtua, memastikan posisi tidur bayi sudah benar adalah hal yang sangat penting. Pasalnya, jika bayi tidur tengkurap, ia berisiko lebih tinggi mengalami sudden infant death syndrome (SIDS) atau sindrom kematian bayi mendadak.
Idealnya, bayi baru benar-benar aman untuk tidur dalam posisi tengkurap ketika sudah berusia satu tahun. Lebih lengkap, berikut ini bahaya yang bisa timbul akibat bayi tidur tengkurap.
Orangtua perlu tahu, bahwa bayi tidur tengkurap bukanlah posisi yang baik untuk kesehatannya. Saat bayi tidur tengkurap, berarti udara yang bisa masuk ke paru-paru menjadi lebih sedikit. Hal tersebut membuat bayi berisiko lebih besar mengalami SIDS.
Jika dibandingkan dengan bayi yang tidur dalam posisi terlentang, bayi tidur tengkurap memiliki risiko 1,7 hingga 12,9 kali lebih besar mengalami SIDS. Risiko SIDS paling besar muncul, ketika bayi berusia satu hingga empat bulan.
Namun, pada bayi berusia lebih dari empat bulan hingga satu tahun, risiko tersebut tetap ada dan perlu diwaspadai.
Para ahli beranggapan, bayi yang tidur dalam posisi tengkurap dapat memicu serangkaian gangguan di tubuh, seperti:
Selain itu, jika dibandingkan dengan bayi yang tidur terlentang, bayi yang tidur tengkurap juga cenderung akan mengalami kondisi seperti:
Kondisi-kondisi di atas membuat bayi lebih berisiko mengalami SIDS. Selain SIDS, bayi yang tidur tengkurap juga lebih berisiko mengalami infeksi telinga, hidung tersumbat, dan demam.
Agar buah hati Anda terhindar dari berbagai risiko berbahaya yang berkaitan dengan posisi tidur tengkurap, pastikan bayi tidur dalam posisi yang aman dan tepat. Berikut ini rekomendasi posisi tidur bayi yang aman, menurut dokter.
Untuk mengurangi risiko terjadinya SIDS pada bayi, maka posisi tidur bayi yang paling baik adalah terlentang. Posisi ini disarankan untuk terus dilakukan hingga bayi berusia satu tahun.
Posisi tidur terlentang tidak meningkatkan risiko bayi tersedak maupun gangguan pernapasan pada bayi. Selain posisi tengkurap, bayi juga tidak disarankan tidur dalam posisi miring.
Alas tidur yang empuk akan mengalami perubahan bentuk saat bayi ditidurkan di atasnya. Perubahan tersebut berisiko mempersempit ruang napas bayi, sehingga ia harus menghirup kembali udara yang diembuskannya.
Karena itu, tidurkan bayi di tempat tidur yang padat, dan tidak akan mengalami perubahan bentuk, ketika bayi tidur di atasnya.
Selain itu, Anda sebaiknya tidak memberikan bantal untuk bayi ketika tidur. Sebab, penggunaan bantal ketika tidur oleh bayi, berisiko menimbulkan serupa dengan tempat tidur yang empuk.
Bayi yang tidur satu kamar dengan orangtua, namun pada tempat tidur yang berbeda, risiko mengalami SIDS-nya akan berkurang hingga 50%. Tidurkan bayi di tempat tidur khusus, dengan posisi yang mendekati tempat tidur orangtua.
Tidur di kasur sendiri, bisa mengurangi risiko bayi sesak napas, tidak sengaja terlilit selimut, maupun tertindih. Bayi direkomendasikan untuk tidur dalam satu ruangan dengan orangtua, hingga setidaknya berusia enam bulan.
Menaruh benda-benda yang empuk, seperti bantal, boneka dan selimut, dapat meningkatkan risiko bayi mengalami gangguan napas. Selain itu, selimut yang longgar juga sebaiknya tidak digunakan saat bayi tidur.
Bayi yang tidur menggunakan empeng, disebut berisiko lebih kecil terkena SIDS. Namun, jangan gunakan empeng yang memiliki tali, karena berisiko meililit leher bayi. Selain itu, jangan juga gunakan empeng yang dijepitkan pada pakaian.
Jika suhu terlalu panas, bayi berisiko lebih tinggi mengalami SIDS. Sehingga, pastikan ruang tidur bayi berada pada suhu yang sejuk. Jangan pakaikan baju berlapis-lapis pada bayi.
Beri bayi paling banyak satu lapis pakaian lebih banyak dari orang dewasa, yang sedang berada di tempat yang sama. Perhatikan juga tanda-tanda panas berlebih pada bayi, seperti keringat mengucur dan dada bayi terasa panas jika disentuh.
Posisi bayi tidur tengkurap mungkin bagi sebagian orangtua bukanlah suatu masalah. Namun, setelah memahami penjelasan di atas, Anda diharapkan lebih berhati-hati dalam memerhatikan posisi tidur bayi. Jangan sampai, risiko seperti SIDS terjadi pada Si Kecil.