Micin (penyedap rasa) adalah salah satu bumbu yang masih bersifat kontroversial terkait bahayanya. Semua pihak seharusnya setuju bila bahaya micin ini pasti ada jika dikonsumsi dalam jumlah banyak atau secara berlebihan.
Sebagaimana bahan pangan atau bumbu lainnya yang mengundang bahaya tertentu jika dikonsumsi berlebih, micin (vetsin) juga bisa berdampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebih. Jadi, ketahuilah bahaya penyedap rasa ini bila dikonsumsi berlebih.
Micin adalah bumbu yang digunakan untuk dicampur ke dalam masakan. Ada istilah lain untuk micin, yaitu vetsin, monosodium glutamat (MSG), dan penyedap rasa. Micin sering digunakan karena bisa membuat masakan semakin gurih dan lezat.
Pertama kali, micin atau MSG berhasil ditemukan di Jerman. Ilmuwan di Jerman berhasil mengisolasi asam glutamat dan mengubahnya monosodium glutamate (MSG). Akan tetapi, kala itu MSG belum diketahui fungsinya sebagai penyedap rasa.
Selang puluhan tahun setelahnya, seorang profesor di Jepang berhasil menemukan kunci kelezatan pada makanan Jepang yang biasa menggunakan rumput laut. Setelah itu, penggunaan micin sebagai bumbu masakan pun menyebar hingga ke Indonesia.
Namun, ada satu hal yang perlu diketahui bahwa awalnya proses pembuatan micin atau monosodium glutamat berasal dari bahan alami. Seiring permintaan pasar yang tinggi, proses pembuatan MSG pun akhirnya menggunakan proses fermentasi.
Bahaya micin yang akan disajikan ini adalah bahaya vetsin (penyedap rasa) yang akan terjadi akibat pemakaian micin dalam jumlah banyak atau adanya sensitivitas yang mungkin terjadi pada orang-orang tertentu.
Jumlah asupan micin yang berlebih atau adanya sensitivitas terhadap vetsin bisa mengakibat bahaya berikut ini:
Bahaya micin bisa mengakibatkan beberapa masalah yang mirip dengan gejala Chinese Restaurant Syndrome. Adapun beberapa gejalanya adalah leher, lengan, dan dada terasa panas, otot hingga punggung terasa kaku, nyeri dada, sakit kepala, mual, jantung berdebar, dan bahkan sampai muntah.
Efek penyedap rasa ini terjadi terhadap orang-orang yang ternyata sensitif atau intoleran terhadap kandungan glutamat yang ada di dalam micin. Gejala tersebut akan terjadi setengah jam setelah konsumsi. Umumnya gejala ini tidak berbahaya karena akan hilang setelah 5 jam.
Akan tetapi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami hal ini setelah mengonsumsi makanan atau masakan tertentu yang menggunakan micin. Ini bertujuan agar efek penyedap rasa ini tidak berkembang menjadi cukup berbahaya.
Para penderita asma perlu lebih hati-hati dalam menggunakan micin sebagai bumbu penyedap rasa. Hal ini dikarenakan penyedap rasa bisa memperburuk kondisi kesehatan para penderita asma.
Bahaya penyedap rasa bagi para penderita asma adalah terjadinya pentingkatkan serangan setelah mengonsumsi masakan atau makanan lain yang mengandung MSG dalam jumlah sekitar 0,5–2,5 g MSG.
Kontroversi yang terjadi terkait pengonsumsian micin tidak bisa menutup mata bahwa bahaya micin bisa membuat anak-anak dan para remaja mengalami migrain atau sakit kepala sebelah bagian.
Migrain yang terjadi pada kelompok usia anak-anak dan remaja terjadi dikarenakan anak-anak dan para remaja adalah kelompok usia yang masih memiliki sensitivitas terhadap efek penyedap rasa.
Pada kasus tertentu yaitu pada orang-orang yang sensitif terhadap kandungan micin berupa monosodium glutamat bisa memicu reaksi alergi. Reaksi alergi ini ditandai dengan beberapa gejala yang bisa membahayakan.
Beberapa tanda reaksi alergi tersebut adalah gatal-gatal, mual, muntah, dan sakit kepala. Jika terjadi tanda-tanda reaksi alergi ini maka sebaiknya segera mengunjungi dokter atau mencari bantuan medis terdekat. Hal ini bertujuan untuk mencegah hal buruk terjadi.
Baca Juga: MSG Bisa Picu Obesitas?
Pada tahun 1970, lembaga Food and Drug Administration milik pemerintah Amerika Serikat telah menetapkan bahwa batas aman konsumsi MSG atau micin adalah sebanyak 120 mg/kg berat badan/hari.
Batas tersebut disamakan dengan batas aman konsumsi garam. Selain itu, micin tidak boleh diberikan kepada bayi kurang dari 12 minggu. Batas asupan micin ini juga harus diperhatikan pemberiannya terutama kepada anak-anak, remaja, dan penderita asma.
Selain itu, bagi orang-orang yang intoleran glutamat sebaiknya tidak mengonsumsi masakan atau makanan yang mengandung micin apalagi jika berlebih. Konsultasi dengan dokter bisa membantu untuk mendapatkan solusinya.
Bahaya micin memang masih terdapat pro dan kontra. Kelompok yang pro micin berpendapat bahwa micin tidak berbahaya terhadap kesehatan dan bahkan memiliki manfaat tertentu.
Kelompok yang kontra micin memiliki pendapat yang berseberangan dan akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan micin atau vetsin. Hal ini dilakukan agar bisa terhindar dari kabar bahaya penyedap rasa yang telah beredar di kalangan masyarakat.
Kelompok pro micin menganggap kelompok kontra micin salah mengambil kesimpulan dari efek penyedap rasa setelah dikonsumsi lewat masakan tertentu atau salah memahami hasil penelitian berupa pemberian micin atau MSG kepada tikus-tikus percobaan.
Efek pemberian micin kepada tikus belum tentu memiliki efek yang sama jika diberikan kepada manusia. Selain itu, jumlah pemberian micin kepada tikus dianggap sangat berlebih untuk tikus tersebut bila berdasarkan usianya.
Baca Juga: Bolehkah Penderita Hipertensi Makan Micin?
Perlu diakui jika penggunaan micin terhadap orang yang sensitif atau dalam jumlah banyak bisa membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, perlu ada pihak netral yang menjembatani penelitian tentang jumlah asupan micin yang membahayakan kesehatan beserta dampak negatifnya.
Silang pendapat di antara kedua kubu terkait bahaya micin memang harus ditenggarai dengan baik oleh pihak-pihak terkait. Hal ini bertujuan agar para konsumen dapat memahami dengan jelas dan sebenar-benarnya mengenai bahaya micin (vetsin) sehingga tidak ada selisih pendapat atau debat di antara keduanya.
Sumber:
By: DokterSehat.Com