Puasa Ramadan menjadi tantangan tersendiri bagi pasien diabetes yang harus menjalani terapi insulin. Perubahan jadwal makan dan dosis insulin kadang-kadang menimbulkan efek samping yang berbeda. Itu sebabnya, pasien harus selalu waspada terhadap isyarat tubuh selama berpuasa.
Dokter spesialis penyakit dalam, Sidartawan Soegondo, mengatakan, ada beberapa tanda yang dapat mengisyaratkan kondisi pasien tidak stabil. Dalam kondisi tersebut, pasien disarankan segera berbuka puasa agar tidak berakibat fatal.
Salah satu tanda yang harus diwaspadai adalah keringat dingin. Menurut Sidartawan, keringat dingin menjadi indikator bahwa seseorang mengalami gula darah yang rendah atau hipoglikemia.
“Ketika keringat dingin, pasien harus segera batal. Karena kemungkinan, dosis insulin yang diberikan terlalu banyak. Sehingga mereka mengalami penurunan gula darah drastis atau di bawah 70 mg/dL,” katanya acara media gathering yang bertajuk Penderita Diabetes di Perkotaan pada Kamis, 9 Mei 2019 di Jakarta.
Selain itu, tanda lain yang dapat membuat pasien diabetes batal adalah mual, jantung berdebar, dan pandangan yang berbayang. Menurut Sidartawan, tanda-tanda tersebut akan muncul satu atau dua jam sebelum berbuka puasa. Lagi-lagi, itu dikarenakan efek obat yang terkandung pada dopingan insulin.
“Jam-jam rawan memang saat mendekati buka puasa. Sekitar jam empat atau lima-an, walaupun dengan dosis yang tepat, tubuh suka memberikan efek samping dari suntikan insulin yang diberikan saat sahur," kata dia.
Jadi, ketika merasakan hal-hal yang disebutkan di atas, sebaiknya pasien segera membatalkan puasa. "Karena tidak main-main. Anda bisa langsung nggeblak (jatuh pingsan) kalau memaksakan nunggu buka,” katanya.
Itu sebabnya, ia menyarankan agar para pasien diabetes tipe dua selalu membawa permen saat puasa. Sebab, kandungan glukosa pada permen dapat dengan cepat mengembalikan gula darah menjadi normal.
by :