(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Apa Saja Gejala Tetanus pada Bayi?

Admin rsud | 17 Desember 2019 | 4106 kali

Tetanus adalah penyakit infeksi akibat toksin bakteri yang menyerang sistem saraf. Toksin yang menyerang saraf ini dapat menyebabkan kontraksi otot yang sangat nyeri, terutama pada otot rahang dan leher.

Hal yang paling membahayakan dari tetanus adalah penyebaran bakteri ke sistem pernapasan, dan menyerang otot-otot pernapasan. Jika hal ini terjadi, Anda akan kesulitan bernapas, dan berisiko mengalami kondisi fatal.

Berbagai gejala tetanus pada bayi

Tetanus neonatorum adalah infeksi tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir kurang dari 1 bulan dan umumnya bersifat fatal. Tetanus neonatorum sering terjadi di negara berkembang, akibat kontaminasi tali pusat pada saat proses persalinan tidak steril.

Selain itu, tetanus neonatorum juga dapat disebabkan oleh ibu yang tidak mendapat vaksin tetanus pada saat kehamilan. Berikut ini gejala infeksi tetanus neonatorum pada bayi, yang dapat Anda amati.

  • Bayi gelisah dan sering merengek
  • Mulut bayi sulit terbuka (trismus), sehingga sudah menerima asupan makanan dan ASI
  • Kakunya otot muka dan alis yang tertarik (risus sardonicus)
  • Badan bayi kaku dan melengkung ke belakang (opistotonus)
  • Bayi mengalami kejang
  • Demam, berkeringat, tekanan darah tinggi, dan denyut nadi yang cepat
  • Gangguan otot-otot pernapasan yang dapat menyebabkan kematian

Inkubasi tetanus berlangsung hingga 21 hari

Toksin bakteri tetanus dapat banyak ditemukan di tanah dan dapat bertahan selama kurang lebih 40 tahun. Bakteri dan toksin tersebut masuk melalui luka yang terbuka dan menyebar ke aliran darah.

Dalam kurang lebih selama delapan hari (masa inkubasi mulai dari 3-21 hari), toksin tetanus mulai menyerang sistem saraf dan menimbulkan gejala. Bila toksin tetanus telah menyebar, angka kematian pasien yang terinfeksi dapat mencapai 30%.

Meskipun terlihat sangat berbahaya, tetanus dapat dicegah dengan pemberian vaksin tetanus, bersamaan imunisasi difteri dan pertusis.

Perlu diingat, efek vaksin tetanus tidak dapat bertahan selamanya. Oleh karena itu, dosis booster tetanus perlu diberikan tiap 10 tahun, untuk memastikan infeksi tetanus dapat dicegah.

Rekomendasi pencegahan tetanus dari IDAI

Mengikuti rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2017, vaksin tetanus pertama diberikan bersama dengan vaksin difteri dan pertusis (DTP), paling cepat pada usia 6 minggu.

Kemudian, vaksin diberikan dua kali dengan interval selang 1 bulan, dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin polio, hepatitis B, dan HiB (Haemophilus influenza tipe B), pada usia 3 dan 4 bulan.

Booster pertama tetanus diberikan pada saat usia 18 bulan dan booster kedua, pada saat masuk sekolah (5 tahun). Booster selanjutnya dapat diberikan setiap 10 tahun sekali.

Kemudian, untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, para wanita usia subur dan calon pengantin memiliki jadwal vaksin tetanus tambahan, yaitu untuk TT1-TT5. Berikut jadwal pemberian vaksin TT1 hingga TT5.

1. TT1:

Diberikan 2 minggu sebelum menikah, untuk mempersiapkan pembentukan antibodi atau kekebalan terhadap tetanus

2. TT2:

Diberikan 4 minggu setelah TT1 diberikan

3. TT3:

Diberikan 6 bulan setelah TT2

4. TT4:

Diberikan 12 bulan setelah TT3

5. TT5:

Diberikan 12 bulan setelah TT 4

Jika kelima imunisasi TT telah diterima wanita usia subur dan ibu hamil, tingkat perlindungan tetanus dapat mencapai 99%, dengan masa perlindungan 30 tahun.