(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Alergi Susu

Admin rsud | 01 Oktober 2019 | 2172 kali

Alergi susu merupakan respons tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap susu, atau produk yang mengandung susu. Alergi susu sangat umum terjadi pada anak. Susu sapi menjadi penyebab utama alergi susu. Namun susu domba, kerbau dan mamalia lain juga dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi alergi biasanya terjadi setelah anak mengonsumsi susu. Tanda dan gejala dari alergi susu sangat luas, mulai dari ringan sampai berat, dan dapat disertai dengan napas yang berbunyi (mengi), muntah, gatal-gatal dan masalah pencernaan. Alergi susu juga dapat mengakibatkan reaksi anafilaksis, yaitu reaksi alergi berat yang mengancam nyawa. Menghindari susu dan produk yang mengandung susu menjadi langkah utama untuk penanganan alergi susu. Seiring berjalannya waktu, alergi susu pada anak-anak akan hilang. Namun jika alergi tetap ada, maka anak harus menghindari susu dan produk turunannya.

 

Gejala alergi susu pada setiap individu bisa bervariasi. Gejala dapat muncul beberapa menit hingga jam setelah seorang anak mengonsumsi susu maupun produk yang mengandung susu. Yang termasuk tanda dan gejala alergi susu adalah:

  • Gatal-gatal pada kulit atau biduran
  • Mengi (napas yang berbunyi)
  • Gatal atau kesemutan di sekitar mulut maupun bibir
  • Pembengkakan pada bibir, lidah, atau tenggorokan
  • Batuk atau napas yang pendek dan sesak
  • Muntah

Sementara itu, tanda dan gejala di bawah ini membutuhkan beberapa waktu untuk berkembang.

  • Mencret atau diare yang mengandung darah
  • Kram perut
  • Hidung berair atau berlendir
  • Mata berair
  • Sakit perut berat (kolik) pada bayi
 

Alergi susu berbeda dari intoleransi protein susu atau intoleransi laktosa. Intoleransi atau ketidakmampuan tubuh untuk menerima suatu zat, tidak berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, penanganan intoleransi laktosa berbeda dari alergi susu. Sementara itu, tanda dan gejala yang secara umum dialami oleh penderita intoleransi laktosa, berhubungan dengan masalah pencernaan seperti kembung, diare atau konstipasi setelah mengonsumsi susu dan produk yang mengandung susu.

Sementara itu, alergi susu adalah sejenis alergi makanan yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh (imun) penderita. Sistem imun ini akan mengidentifikasi kandungan protein tertentu dalam susu sebagai zat yang berbahaya (alergen atau sumber alergi), yang memicu produksi antibodi immunoglobulin E (IgE). Antibodi ini berguna untuk menetralkan protein susu tersebut. IgE inilah yang akan mengenali alergen setiap kali penderita mengonsumsi susu. Proses ini menghasilkan pelepasan histamin dan zat kimia lain di dalam tubuh, yang kemudian menyebabkan tanda dan gejala-gejala alergi susu tertentu.

Ada dua protein dalam susu sapi yang dapat menyebabkan reaksi alergi:

  • Kasein, ditemukan pada bagian padat dalam susu yang mengental
  • Whey, ditemukan pada bagian cair susu yang tetap ada meski susu telah mengental

Seseorang dapat mengalami alergi terhadap salah satu protein susu atau terhadap keduanya. Protein ini akan sangat sulit dihindari karena mereka juga dapat ditemukan didalam beberapa makanan olahan. Kebanyakan orang yang bereaksi terhadap susu sapi juga akan bereaksi terhadap susu kambing, domba dan kerbau. Walaupun hal ini jarang temukan, tetapi orang yang alergi susu sapi dapat juga alergi terhadap susu soya (kedelai).

Food Protein-Induced Enterocolitis Syndrome (FPIES)

Alergen makanan dapat menyebabkan alergi terhadap makanan dengan respons lambat. Meskipun semua makanan dapat memicu alergi, tetapi susu adalah salah satu yang paling umum menyebabkan alergi. Reaksi yang biasanya terjadi adalah muntah dan diare, yang muncul dalam beberapa jam setelah penderita makan. Kondisi ini disebut sindrom enterekolitis atau Food Protein-Induced Enterocolitis Syndrome (FPIES). Tidak seperti beberapa alergi makanan, sindrom enterekolitis ini biasanya membaik seiring berjalannya waktu. Seperti alergi susu, reaksi sindrom ini dapat dicegah dengan menghindari susu atau produk turunannya.

Faktor risiko yang juga mungkin akan memicu reaksi alergi susu pada seseorang, adalah:

  • Alergi lain:
    Banyak anak mengalami alergi terhadap susu dan alergi lain sekaligus. Alergi susu akan berkembang lebih dulu sebelum alergi lain
  • Dermatitis atopik:
    Anak dengan dermatitis atopik (peradangan kulit kronis), memiliki kecenderungan lebih tinggi terhadap alergi makanan.
  • Riwayat keluarga:
    Anak akan berisiko lebih tinggi mengalami alergi makanan jika salah satu atau kedua orangtua memiliki alergi makanan, tipe alergi lain, maupun penyakit alergi seperti hay fever atau alergi serbuk sari (serbuk bunga), asma, biduran, atau
  • Usia:
    Alergi susu lebih umum terjadi pada anak-anak. Seiring berjalannya waktu, sistem pencernaan akan semakin matang, dan reaksi tubuh terhadap susu akan semakin berkurang.

Komplikasi

Anak yang alergi terhadap susu, berpotensi mengalami kondisi berikut ini.

  • Alergi terhadap makanan lain seperti telur, kacang kedelai, kacang tanah, bahkan daging sapi.
  • Hay fever atau alergi serbuk sari, sebagai reaksi umum terhadap bulu hewan peliharaan, tungau debu, serbuk sari, dan rumput.
 

Ketika makanan menyebabkan reaksi alergi, tidak mudah untuk mengetahui makanan yang menjadi pemicunya. Untuk mengevaluasi alergi terhadap susu, dokter akan melakukan langkah-langkah berikut ini.

  • Menanyakan informasi detail mengenai gejala dan tanda
  • Melakukan pemeriksaan fisik
  • Menuliskan secara detail makanan sehari-hari yang mengandung susu
  • Menghindari konsumsi susu untuk sementara waktu, dan mengonsumsinya kembali untuk melihat reaksi yang terjadi

Dokter akan melakukan pemeriksaan seperti :

  • Tes kulit:
    Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan sejumlah kecil protein dari susu pada kulit, yang kemudian ditusuk dengan jarum. Jika alergi terhadap zat tertentu, maka pasien akan merespons dengan benjolan atau ruam menandakan bahwa hasil ini positif terhadap alergi.
  • Tes darah:
    Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur respons sistem imun terhadap susu dengan melihat jumlah antibodi IgE dalam darah.

Jika pemeriksaan dan hasil tes tidak dapat menunjukan alergi susu, dokter akan melakukan pemeriksaan oral dengan memberi makanan berbeda yang mengandung dan tidak mengandung susu pada pasien, dan melihat reaksinya.

 

Satu cara untuk mencegah reaksi alergi adalah dengan menghindari susu dan protein susu. Hal ini tidak mudah, karena susu merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk dalam produk makanan. Beberapa orang dengan alergi susu bisa mentoleransi susu dan mengonsumsi produk dengan susu yang dipanaskan atau dipanggang, maupun produk olahan seperti yogurt. Berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui makanan yang harus dihindari.

Untuk mengatasi alergi, dokter mungkin merekomendasikan obat antihistamin untuk meredakan gejala dan mengurangi efek alergi yang tidak nyaman. Namun untuk alergi berat dan serius seperti reaksi anafilaksis, diperlukan injeksi epinefrin (adrenalin). Penderita alergi berat sebaiknya segera mendapatkan penanganan medis sebelum muncul reaksi susulan.

Penderita yang berisiko tinggi mengalami reaksi alergi berat harus dibekali alat suntik epinefrin darurat berupa EpiPen, adrenaclick, dan sejenisnya. Begitu pula dengan tata cara pemakaiannya.

 

Tidak ada cara yang terbukti efektif mencegah alergi terhadap makanan tertentu. Namun, reaksi alergi dapat dicegah dengan menghindari makanan yang menjadi penyebabnya. Jika alergi terhadap susu, maka hindarilah susu maupun produk yang mengandung susu. Baca label makanan dan minuman dengan teliti. Perhatikan informasi produk mengenai kandungan kasein, turunan susu pada produk yang tidak Anda duga sebelumnya. Misalnya, tuna kalengan, sosis, maupun produk yang tidak mengandung susu. Anda pun bisa menanyakan bahan yang digunakan pada menu tertentu, saat akan bersantap di restoran.

Sumber Alergen Susu

Bagian dari susu yang menyebabkan alergi adalah protein susu yang bisa ditemukan pada:

  • Susu rendah lemak dan susu skim
  • Mentega
  • Yogurt
  • Es krim, gelato
  • Keju dan makanan yang mengandung keju

Susu akan lebih sulit diidentifikasi ketika digunakan sebagai bahan dalam makanan yang diproses, termasuk makanan yang dipanggang atau daging olahan. Sumber susu yang tersembunyi termasuk:

  • Whey
  • Kasein
  • Bahan yang memiliki kata “Lact” didalam namanya, seperti lactose (laktosa) dan lactate (laktat)
  • Permen seperti cokelat, nougat dan karamel
  • Bubuk protein
  • Perisa mentega buatan
  • Peraia keju buatan
  • Hidrolisa

Bahkan meski diberi label ‘bebas susu’ atau ‘tidak mengandung susu’, tetapi produk makanan dan minuman tertentu bisa mengandung alergen dari protein susu. Jadi, informasi pada label makanan dan minuman harus dibaca dengan teliti. Jika masih ragu, hubungi layanan konsumen dari produk tersebut.

Saat hendak makan di restoran, cari tahu proses pembuatan makanan maupun minuman yang akan Anda pesan. Apakah menggunakan mentega cair atau susu dalam proses pembuatannya?

Jika memiliki risiko terhadap reaksi alergi yang serius, berkonsultasilah dengan dokter. Epinepherine (adrenalin) bisa dibawa untuk digunakan pada kondisi darurat. Gelang berisi identitas dan informasi pribadi, termasuk diagnosis penyakit, kondisi kesehatan, dan alergi dapat dipakai oleh penderita reaksi alergi yang parah. Jangan lupa sertakan nomor kontak orang-orang terdekat yang bisa dihubungi dalam kondisi darurat.

Alternatif Susu untuk Bayi

Pada anak-anak yang memiliki alergi terhadap susu, ASI dan penggunaan susu hypoallergenic dapat mencegah reaksi alergi. Jika memungkinkan, berikan ASI, terutama untuk bayi yang berisiko tinggi mengalami alergi susu. Apabila anak alergi terhadap produk susu, maka ibu harus memperhatikan produk susu yang dikonsumsi. Sebab, produk yang dikonsumsi ibu, akan masuk ke dalam ASI yang nantinya diminum bayi. Oleh sebab itu, ibu sebaiknya menghindari susu dan produk turunannya, jika memiliki bayi dengan alergi susu.

Sementara itu, susu formula hypoallergenic pun bisa menjadi pilihan. Susu ini diproduksi dengan menggunakan enzim untuk menghancurkan protein susu, seperti kasein dan whey. Bahkan, ada susu hypoallergenic yang tidak mengandung susu, melainkan asam amino. Susu formula dengan kandungan asam amino paling jarang menimbulkan reaksi alergi.

Susu kedelai (soya) memang tidak mengandung susu sapi. Meski kaya nutrisi, susu soya pun ternyata bisa menyebabkan alergi bagi anak-anak yang alergi terhadap kedelai.

Apa jadinya jika ibu dan bayi sama sekali tidak bisa mengonsumsi susu maupun produk turunannya. Dokter bisa merekomendasikan suplemen pengganti susu, misalnya kalsium, vitamin D, dan riboflavin. Selain itu, ibu dan anak juga harus menjalani pola makan sehat serta seimbang.

 

Segera temui dokter maupun ahli alergi jika Anda mengalami reaksi alergi terhadap susu setelah mengonsumsinya. Jika memungkinkan, temui dokter segera setelah reaksi terjadi, untuk membantu dokter mendiagnosis. Anda juga disarankan mencari pertolongan medis darurat jika melihat adanya tanda dan gejala anaphylaxis.