(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

Ada Konflik di Tim Kerja, Apa Manfaatnya?

Admin rsud | 29 April 2019 | 10474 kali

Ketika dikelola dengan bijaksana, konflik mampu bersifat konstruktif bagi tim kerja Anda. Apa saja manfaat terbaik dari konflik dalam tim?

Konflik memiliki kesan negatif bagi siapa saja yang mendengarnya, termasuk ketika menghadapinya di tempat kerja. Ketika bekerja sendiri, Anda bisa saja menghindar dari konflik dan “bermain aman” dalam mengambil keputusan maupun langkah kerja. Akan tetapi, saat berada dalam kelompok, di mana Anda akan berinteraksi dan perlu bekerja sama dengan berbagai tipe kepribadian, konflik jelas tak terelakkan.

Setidaknya, ada empat sumber utama konflik yang biasa terjadi pada tim kerja.
• Perbedaan pendapat dan cara pandang ketika menyikapi sebuah strategi maupun posisi
• Ketidakpercayaan dan komunikasi yang tidak lancar
• Bentroknya beberapa kepribadian
• Isu kekuasaan dan adanya agenda terselubung

Namun, benarkah konflik hanya mendatangkan kerugian di tempat kerja, khususnya dalam kerja tim? Apabila dapat dikelola dan dituntaskan dengan baik serta bijaksana, konflik mampu memberikan manfaat bagi kinerja tim, seperti empat hal berikut ini.

1. Konflik memacu kreativitas dan inovasi
Terkadang, sebagian orang mengartikan harmoni sebuah tim sebagai pendapat yang selalu sejalan, bekerja penuh sukacita, dan memiliki kesamaan jalan pikir. Namun, keseragaman seperti ini justru mematikan dinamika tim. Konflik yang muncul karena perbedaan pendapat dan cara pandang, akan memicu percikan ide-ide segar yang bervariasi. Selanjutnya, inovasi akan sangat mungkin terjadi karena masukan yang tidak biasa menjadi sebuah opsi yang patut diperhitungkan.

2. Konflik memperbaiki hambatan komunikasi
Semakin sering berhadapan dengan konflik, semakin besar pula kesempatan Anda untuk mempelajari teknik komunikasi efektif dan memoles kembali kemampuan komunikasi Anda. Pertama, konflik membuat Anda belajar memahami karakter “lawan” dan pola komunikasi mereka. Selanjutnya, Anda akan duduk lebih sabar menjadi seorang pendengar aktif. Tentu saja, diimbangi dengan ilmu mengendalikan emosi, Anda pun menyingkap cara komunikasi terbaik ketika konflik datang.

3. Konflik mendorong tim untuk berkolaborasi
Berdasarkan teori pembentukan tim yang dicetuskan oleh psikolog Bruce Tuckman, konflik masuk dalam tahap Storming dan jembatan menuju tahapan Norming, di mana anggota tim mulai bernegosiasi dan membentuk konsensus sebagai penyelesaian konflik. Memang, konflik kerap menimbulkan perasaan tidak nyaman, namun menangani konflik adalah tanggung jawab seluruh anggota tim, bukan hanya pemimpin saja. Guna memastikan konflik bersifat konstruktif bagi tim, maka setiap anggota tim perlu tetap saling menghormati (meskipun mungkin saja tidak menyukai secara personal), sebagai cerminan sikap profesional dalam mengelola diri dan menjalankan tanggung jawab.

4. Konflik memperjelas batasan
Kemunculan konflik membangkitkan sebuah kesadaran mengenai batasan-batasan, baik bagi anggota tim secara individu maupun kelompok secara keseluruhan. Adanya perselisihan dan perbedaan memberikan gambaran jelas mengenai apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang mampu dicapai dan mustahil diwujudkan, serta kapan tim harus maju maupun menahan diri. Pentingnya memegang integritas dan menjaga rasa hormat (mutual respect) turut tercetus dalam upaya penanganan konflik. Hal yang dipandang benar secara alasan dan logika, belum tentu menjadi hal yang patut diperjuangkan, karena ada faktor emosional yang turut berperan.

Manajemen konflik menjadi sebuah keterampilan profesional yang patut dikuasai oleh setiap pekerja. Sangat penting pula bagi setiap perusahaan untuk memiliki protokol penanganan konflik, jika ada kemungkinan konflik mampu menggoyahkan stabilitas perusahaan dan produktivitas karyawan. Konflik bukan sebuah penyakit yang wajib dibasmi. Dengan penanganan tepat, ia mampu membangun Anda dan tim menjadi lebih baik.
 

Sumber:

Tim Riset Daya Sehat Sejahtera