(0362) 22046
rsud@bulelengkab.go.id
Rumah Sakit Umum Daerah

5 Hal yang Orangtua dan Guru Harus Tahu Mengenai Anak ADHD

Admin rsud | 17 Desember 2019 | 834 kali

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) adalah gangguan perkembangan yang meliputi kesulitan dalam memusatkan perhatian, menjadi terlalu aktif (hiperaktif), dan berperilaku impulsif.

Anak yang mengalami ADHD dapat mengalami gangguan saat melakukan aktivitas harian, belajar, serta masalah dalam interaksi sosial. Biasanya, ADHD terdeteksi pada anak-anak di kisaran usia enam sampai 12 tahun, tetapi ada juga yang sudah dapat terlihat gejalanya saat berusia tiga tahun.

Menangani anak ADHD tidak boleh sembarangan karena dibutuhkan perhatian khusus untuk merawat mereka. Orang-orang yang berperan besar dalam perkembangan anak ADHD adalah orangtua dan guru di sekolah.

Oleh karena itu, pengetahuan lebih mengenai ADHD diperlukan bagi kedua pihak ini, agar perkembangan anak ADHD tidak terhambat. Untuk memberikan informasi lebih lanjut seputar ADHD, berikut adalah lima hal yang perlu orangtua dan guru pahami tentang anak ADHD.

1. Gejala-gejala Umum ADHD pada Anak

Gejala yang bisa dikenali pada anak dengan ADHD, yaitu kurang berkonsentrasi, sulit memperhatikan pelajaran, hiperaktif, dan impulsivitas atau terlihat agresif. Anak–anak memang umumnya hiperaktif dan energik, tetapi anak dengan ADHD akan cenderung mengganggu secara signifikan di banyak tempat, seperti di sekolah dan di rumah.

2. Ada Berbagai Jenis ADHD

Jenis-jenis ADHD, yaitu presentasi dominan hiperaktif/impulsif, presentasi yang sangat lalai, dan presentasi gabungan. Sebagian besar anak-anak dengan ADHD memiliki kombinasi kurangnya perhatian, impulsif, dan hiperaktif yang akan didiagnosis dengan presentasi gabungan ADHD.

Anak-anak yang berjuang dengan hiperaktivitas dan impulsivitas akan mendapatkan diagnosis ADHD-hiperaktif/presentasi impulsif. Meskipun anak yang kurang fokus kerap digambarkan sebagai ADD (gangguan defisit perhatian), istilah yang benar adalah presentasi ADHD-dominan lalai. Anak perempuan cenderung berpotensi lebih besar memiliki gejala presentasi ADHD-dominan lalai ketimbang anak laki-laki.

3. ADHD Adalah Gangguan Berbasis Otak

Anak-anak tidak dapat mengatasi gejala ADHD hanya dengan "berusaha berkonsentrasi lebih keras lagi" atau berkeinginan untuk "memerhatikan". Studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa orang dengan ADHD memiliki otak yang secara struktural berbeda.

Anak-anak yang orangtuanya menderita ADHD memiliki kemungkinan 40% hingga 60% mengalami ADHD. Terkadang diagnosis anak dapat menjadi petunjuk awal bahwa orangtua mereka juga menderita ADHD.

4. Gejala ADHD Membuat Hubungan Sekolah, Keluarga, dan Sosial Menjadi Terganggu

Perlu dipahami bahwa anak-anak yang mengalami ADHD akan lebih sulit berkonsentrasi atau memerhatikan saat belajar di sekolah. Selain itu, hal-hal umum lainnya seputar anak ADHD adalah disleksia, kesulitan belajar, dan impulsivitas yang bisa mengganggu hubungan sosial dengan teman-temannya. Hubungan antara anak ADHD dengan orangtua dan kakak atau adiknya juga membutuhkan lebih banyak kesabaran ekstra dan dukungan dari setiap anggota keluarga.

5. Ada Perawatan yang Tersedia Untuk Anak ADHD (Umumnya Terapi ADHD)

Ada berbagai terapi ADHD yang didukung penelitian ilmiah untuk membantu meredakan gejala ADHD. Beberapa pendekatan yang paling efektif menggabungkan beberapa terapi ADHD, misalnya:

  • Obat

Banyak orangtua takut mencoba terapi ADHD berupa obat. Tetapi, obat ADHD adalah obat yang paling banyak dipelajari di semua bidang kedokteran. Obat stimulan (seperti Ritalin, Adderall, atau Concerta) adalah obat yang paling sering diresepkan. Obat-obatan ini menstimulasi bagian-bagian otak yang terganggu. Bagian-bagian otak ini berkaitan dengan pemikiran dan perhatian. Tujuan dari obat-obatan ini adalah untuk mengurangi hiperaktif/impulsif dan meningkatkan fokus/perhatian anak.

  • Terapi ADHD

Terapi ADHD berupa terapi perilaku mengajarkan anak untuk menyadari, memantau, dan akhirnya memodifikasi perilaku yang mengganggu. Terapis akan mengajarkan keterampilan sosial, seperti mau bersabar menunggu giliran, membaca ekspresi wajah, berbagi, meminta bantuan, dan bereaksi dengan tepat ketika diejek. Terapi ADHD perilaku kognitif menekankan perhatian dan mengajarkan seorang anak untuk menyadari pikiran serta emosinya sebagai cara untuk meningkatkan perhatian dan fokus.

  • Pendidikan dan Pelatihan

Dengan mengalami sendiri atau melihat kasus yang terjadi pada keluarga lain, dapat membantu orangtua memahami bagaimana ADHD dan gejalanya dapat memengaruhi setiap anggota keluarga. Orangtua dan guru dapat mempelajari bagaimana mengatasi perilaku yang tidak pantas dan mendorong perilaku positif. Hal ini dapat membantu mengurangi gejala ADHD pada anak.

  • Pembinaan ADHD

Pembina dapat membantu siswa dengan ADHD menuju perubahan yang positif. Terutama siswa yang duduk di bangku sekolah menengah, mereka akan merasa lebih dihargai dan membuat siswa tetap bertanggung jawab.

Dengan kerja sama antara orangtua, guru, dan semua pihak terkait, anak dengan ADHD dapat dibantu dan mendapat penanganan yang terbaik.